Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk atau Alfamart menutup sekitar 400 gerai miliknya sepanjang 2024. Corporate Affairs Director Alfamart, Solihin, mengakui adanya penutupan ratusan gerai tersebut. Namun, mengklaim itu bagian dari strategi untuk menjaga bisnis waralaba minimarket.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Saya ibaratkan penyakit usus buntu. Ususnya dipotong karena memang harus dipotong. Itu adalah strategi perusahaan,” kata Solihin saat dihubungi Tempo, Selasa, 17 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Solihin mengatakan penutupan gerai dilakukan karena alasan strategis. Mulai dari lokasi gerai yang kurang strategis hingga kinerja penjualan gerai yang tidak terlalu optimal. Selain itu, kata dia, ada sejumlah gerai yang ditutup karena ketidakcocokan perhitungan biaya sewa bangunan. “Masa sewa mau kita perpanjang, tapi ternyata harga sewa naik di luar ekspektasi,” ujarnya.
Permasalahan lonjakan harga sewa tersebut, kata dia, membuat manajemen Alfamart memilih menutup gerai dengan asumsi bisa membuka gerai lain di tempat yang lebih ideal. Solihin juga mengatakan, penutupan ratusan gerai Alfamart merupakan hal yang lazim terjadi di tahun-tahun sebelumnya.
Lebih lanjut, meski menutup hingga 400 gerai, Solihin mengatakan Alfamart juga membuka lebih dari 1000 gerai baru sepanjang 2024. Sehingga, kata dia, pihaknya melakukan penutupan untuk meningkatkan produktivitas. “Toko yang kami buka lebih dari yang tutup, ada 1000 lebih yang baru. Karena keuntungan kami naik dibandingkan tahun lalu,” kata Solihin.
Menyitir laporan keuangan Alfamart hingga kuartal ketiga 2024, perusahaan berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 2,39 triliun, meningkat 9,52 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,19 triliun.
Selain itu, pendapatan perusahaan juga naik 10,23 persen dari Rp 80,02 triliun per September 2023 menjadi Rp 88,21 triliun pada kuartal ketiga 2024. Namun, beban pokok pendapatan melonjak signifikan menjadi Rp 69,24 triliun dari Rp 53,12 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Di sisi lain, laba bruto Alfamart mencapai Rp 18,86 triliun, naik 11,66 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 16,89 triliun. Beban penjualan dan distribusi juga tercatat meningkat dari Rp 13,43 triliun menjadi Rp 15,04 triliun, sementara beban umum dan administrasi naik dari Rp 1,44 triliun menjadi Rp 1,57 triliun.
Pilihan editor: Mengapa Retail seperti Alfamart dan Matahari Tutup Gerai