GEDUNG Bursa di Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, hari-hari terakhir ini bagaikan dilanda gempa. Ada 17 perusahaan terjun serentak ke pasar modal, mulai dari perusahaan lesing, developer, Bank Pembangunan Daerah, hingga muka-muka lama seperti Bapindo, dan PT Semen Cibinong. Semua mencari dana jangka panjang, dengan menawarkan obligasi senilai Rp 330 milyar. Ini bukan jumlah yang kecil, apalagi akan ditarik hanya dalam waktu empat pekan. Maka, berbagai perusahaan itu berlomba-lomba menawarkan "umpan". Contoh: PT Panca Wiratama Sakti (PWS), developer tunggal untuk pembangunan ibu kota Tangerang. Untuk mendapat dana Rp 15 milyar, ia melemparkan obligasi 1.620 lembar, dengan nilai antara Rp 100 ribu dan Rp 100 juta. Ini tergolong kecil dibanding dana yang diincar Bank Tabungan Negara (Rp 50 milyar) atau Bank Pembangunan Daerah DKI (juga Rp 50 milyar). Tapi yang ditawarkan PWS memang agak berbeda. Ia menawarkan bunga dengan sistem mengambang. Untuk penawaran pertama, misalnya, PWS menawarkan bunga 19,25%. Selanjutnya, angka ini akan bergerak naik turun sesuai dengan fluktuasi yang terjadi pada tingkat bunga deposito. Entah, tingkat suku bunga deposito mana yang dijadikan ukuran. Tapi, menurut Andi Mulja, Direktur Utama PWS, "Bunga obligasi kami tidak akan lebih rendahketimbang bunga deposito." Malah dijamin lebih tinggi empat persen. Itu barangkali, kalau dibandingkan suku deposito berjangka tiga bulan, pada enam bank milik pemerintah (BNI, BBD, BDN, BEII, BRI, dan Bapindo). Berarti sekitar 15-15,25% plus 4%. Bagaimanapun, PWS bisa dibilang berani. Bapindo, misalnya, menawarkan 1.520 lembar obligasi, dengan bunga 18,25%. Semen Cibinong hanya berani setinggi 19%. Tapi PWS tidak nekat sendirian. PT Gajah Surya Arta Leasing dan BPD Aceh juga menawarkan bunga yag menggiurkan. Bahkan PT Pembangunan Darmo Grande maju dengan tingkat bunga 19,375%. Hanya saja bunganya tetap, hingga tempo pelunasan tiba. Tapi apakah umpan-umpan itu mengena? Seorang manajer PT Inter Pacific Financial Corp. -- lembaga keuangan nonbank yang biasa bertindak sebagai penjamin emisi -- mengatakan, "Dari sudut pembeli, pasar obligasi belum jenuh." Tapi karena jumlah yang diburu cukup besar (Rp 330 milyar), tampaknya akan ada obligasi yang tidak akan dilirik sama sekali. Sementara itu, seorang manajer dari PT Mutual International Finance Corporation dengan yakin memastikan bahwa dana yang tersedia hanya Rp 230 milyar. Berarti masih kurang Rp 100 milyar, untuk menutup seluruh obligasi yang ditawarkan.Budi Kusumah, Yudhi, Yopie H., Herry Mohammad, Wahyu Muryadi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini