TAK satu jalan ke Roma, dan tak satu pula jalan ke Negeri Sakura. Daiei Inc., sebuah perusahaan Jepang yang bergerak di sektor bisnis eceran, kini merambah jalan lain buat barang-barang buatan Indonesia. Dengan jaringan luas yang mencakup lebih dari 180 toko di Jepang, Daiei Inc., April lalu, secara resmi membuka kantor perwakilan di Jakarta. Peluang ini, "Memungkinkan kami turut ambil bagian dalam bidang bisnis retail di sini," ujar Takayoshi Sasaki, direktur Daiei yang berkantor di Wisma Nusantara itu. Apakah bisnis eceran yang bermodal asing seperti itu bakal menggeser pasar tradisional di Indonesia? Itulah yang dikhawatirkan Asosiasi Pusat Pertokoan dan Perbelanjaan Indonesia (AP3I). Soalnya, modal kuat disertai manajemen yang rapi bisa memporakporandakan pedagang eceran, yang jumlahnya di Indonesia sekitar 25% dari 4.225 pedagang itu. Yang juga dikhawatirkan ialah, modal asing itu berkedok PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri). Dan kedok seperti itu bisa terjadi karena BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) tidak mengizinkan pemakaian istilah PMA (Penanaman Modal Asing) untuk -- misalnya -- mendirikan supermarket di Indonesia dan memasarkan produk-produk negaranya. Tapi Daiei tampaknya lain. "Kalau supermarket seperti Daiei, membeli barang-barang Indonesia lalu dijual ke Jepang, itu boleh-boleh saja," kata Rasidi, Wakil Ketua BKPM. Malah katanya menunjang program "Export Trading House. Pokoknya, tak ada masalah. Daiei memang mau beli barang, seperti diungkapkan sendiri oleh Sadanori Maruyama, General Manager Daiei, yang baru tahun lalu datang ke Jakarta. "Kami juga menyuplai kebutuhan restoran dan hotel di negara kami," kata Maruyama. Cara berdagang seperti ini pun sudah diterapkan Daiei di Hong Kong, Taipei, Seoul, Beijing, London, New York Seattle, dan Los Angeles. Tahun lalu Daiei berbelanja sampai 800 juta dolar AS, dan berhasil menguasai 30% pangsa supermarket di Jepang. Nah, setelah punya perwakilan di Jakarta, Daiei bergerak lebih leluasa. Inilah agaknya yang menerbitkan rasa waswas di pihak pengecer maupun trading holse. Sementara itu, Daiei terus sibuk membeli aneka produk: sepatu, baju, jeans, kaus kaki, udang, kerang, bekicot, sayuran-sayuran. Tahun ini saja, Daiei siap menghabiskan 14,8 juta dolar AS di Indonesia. Bagi PT Mastion Peslon, rekanan seperti Daiei itulah yang diharapkan. Produsen barang-barang dari aluminium itu sudah mengikat kontrak 200 juta yen dengan Maruyama. Ini diungkapkan oleh manajernya, Susanto Ankawijaya, 37 tahun. Mutu barang Mastion Peslon sudah memenuhi standar, tapi barangkali tidak tepatnya jadwal pengiriman yang masih merupakan ganjalan. "Kami sering menerima barang terlambat dari jadwal yang ditentukan," kata Maruyama.Suhardjo, Sidartha Pratidina, Priyono B. Sumbogo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini