Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia (HNI), perusahaan smelter nikel di Bantaeng, Sulawesi Selatan, mendapat tambahan daya listrik sebesar 90 Mega Volt Ampere (MVA) dari PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN. Tambahan daya diberikan seiring dengan bertumbuhnya usaha smelter HNI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Semua ini bisa tercapai berkat dukungan dan supplai listrik dari PLN,” kata Direktur PT Huady Nickel Alloy Indonesia, Jos Stefan Hidecky dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu, 28 Agustus 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Semulanya, HNI telah mendapat pasokan 40 MVA dari PLN sejak 2018. Sehingga kini, PLN pun bisa memenuhi kebutuhan listrik di pabrik mencapai 120 MVA. Tak hanya HNI, Jos pun berharap PLN akan terus mengakomodir kebutuhan listrik bagi para investor di Sulawesi Selatan.
Smelter nikel adalah salah satu bisnis yang kini terus berkembang dan bermunculan. Sebab, pemerintah Indonesia sudah resmi melarang ekspor bijih nikel per 1 Januari 2020.
PLN telah memberikan jaminan untuk pemenuhan kebutuhan listrik ini. Tak hanya di Sulawesi Selatan, tapi juga di Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat. Per Juni 2021, kapasitas listrik terpasang di Pulau Sulawwesi mencapai 5,6 Giga Watt (GW).
“PLN sangat siap untuk melayani kebutuhan listrik bagi investor di 3 provinsi, khususnya bagi industri smelter,” ujar Direktur Bisnis Regional Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara, Syamsul Huda.
Di Bantaeng, PLN telah membangun Gardu Induk (GI) 150 kV Bantaeng Smelter pada Maret 2020. GI dengan nilai investasi Rp 20,1 miliar tersebut merupakan pembangunan melanjutkan dari gardu yang telah ada sebelumnya.
Menurut Huda, kehadiran GI 150 kV Bantaeng ini pun bisa merealisasikan Tingkat Komponen Dalam Negeri atau TKDN mencapai 62,88 persen,” ujar Huda. Upaya ini sejalan dengan dukungan pada peningkatan produksi komponen dalam negeri.
Terakhir, jaminan pasokan ini juga didukung sistem kelistrikan Sulawesi Bagian Selatan (Sulbagsel) dengan total daya mampu mencapai 2.365 MW. Sistem ini memiliki beban puncak sebesar 1.763 MW, sehingga memiliki reserve margin atau cadangan daya sebesar 602 MW.