Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjongoro mengatakan Indonesia bakal mengekspor Vaksin Merah Putih seumpama kebutuhan di dalam negeri telah dipenuhi. Saat ini, Vaksin Merah Putih masih dikembangkan oleh sejumlah lembaga dan universitas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kita mengembangkan Vaksin Merah Putih untuk kepentingan Indonesia. Tapi juga melihat, kalau bisa mensuplai negara lain, akan dilakukan,” ujar Bambang dalam Live Instagram bersama Tempo.co, Senin, 12 Oktober 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bambang menyatakan, pemerintah bakal melihat lebih dulu kebutuhan negara lain. Kebutuhan itu akan disesuaikan dengan kapasitas kemampuan Indonesia dalam memproduksi vaksin.
Seumpama rencana ekspor terealisasi, penjualan Vaksin Merah Putih akan dilakukan dengan dua cara. Cara pertama, vaksin dipasarkan dalam bentuk botol atau siap pakai. Sedangkan cara kedua, vaksin dijual dalam bentuk bulk.
Adapun saat ini terdapat enam kandidat vaksin Merah Putih yang tengah diteliti. Kandidat pertama diuji oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman. Selanjutnya, kandidat kedua diuji oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), ketiga oleh Institut Teknologi Bandung, keempat oleh Universitas Airlangga, kelima oleh Universitas Indonesia, dan keenam oleh Universitas Gadjah Mada.
Pada kuartal pertama 2021, kandidat vaksin yang diteliti oleh Eijkman dan UI, tutur Bambang, siap melalui proses untuk uji klinis tahap pertama. Bila pengujian tak menemui kendala, kedua lembaga akan meneruskan ke proses uji klinis kedua. Selanjutnya, uji klinis ketiga dilakukan pada kuartal ketiga. Setelah uji klinis kelar, Vaksin Merah-Putih akan memasuki tahap produksi massal.
Menurut Bambang, Indonesia perlu memiliki vaksin untuk kepentingan jangka panjang lantaran pemerintah tak bisa terus-menerus bergantung membeli vaksin dari luar negeri.
“Karena vaksin luar negeri negeri untuk jangka pendek. Sebagian sudah tersedia dan sudah diproduksi. Sedangkan vaksin dalam negeri dimensinya lebih panjang, yakni untuk jangka menengah hingga jangka panjang,” tutur Bambang.