Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Dirut PLN: Akan Kami Rancang Ulang

PLN akan merancang ulang program konversi kompor elpiji ke kompor listrik setelah dibatalkan tahun ini. PLN mengklaim masih memiliki strategi mengatasi kelebihan suplai listrik.

9 Oktober 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Direktur Utama PT PLN (persero) Darmawan Prasodjo, Jakarta. Jumat, 7 Okyober 2022. TEMPO/ Febri Angga Palguna

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • PLN membatalkan konversi kompor elpiji ke kompor listrik.

  • Direktur Utama PLN menjelaskan soal strategi mengatasi kelebihan suplai listrik.

  • PLN akan menambah transmisi untuk mengatasi kesenjangan pasokan listrik.

BATALNYA program konversi kompor elpiji ke kompor listrik atau kompor induksi untuk sementara waktu memupuskan harapan PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN (Persero) mengatasi persoalan kelebihan pasokan listrik. Padahal perusahaan setrum pelat merah itu sudah menggelar uji coba di beberapa wilayah demi membuktikan bahwa penggunaan kompor listrik lebih hemat biaya ketimbang pemakaian kompor elpiji.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seusai uji coba, pada sisa tahun ini pemerintah dan PLN sedianya membagikan 300 ribu kompor listrik plus alat masaknya untuk rumah tangga pengguna elpiji bersubsidi. Pada 2023-2025, pemerintah yang akan menggelontorkan dana untuk program konversi dengan membagikan 15 juta kompor listrik kepada warga kelas menengah ke bawah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Belum sempat dimulai, rencana tersebut sudah ditolak di mana-mana. Sebagian kalangan berpendapat program konversi kompor listrik akan menambah beban masyarakat menengah ke bawah karena biayanya lebih mahal dan merepotkan. Walhasil, PLN membatalkan program yang semula dianggap bisa mengurangi impor elpiji dan menyerap kelebihan suplai listrik ini.

Kepada jurnalis Tempo, Khairul Anam, Retno Sulistyowati, Aisha Shaidra, dan Abdul Manan, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo memberikan penjelasan singkat tentang hal ini. “Masih ada beberapa strategi untuk meningkatkan demand,” tuturnya. Berikut petikan wawancara yang berlangsung di pendapa kantor PLN, Jakarta Selatan, pada Jumat, 7 Oktober lalu.  

Bagaimana kelanjutan program konversi kompor listrik yang sedianya diharapkan bisa menjadi salah satu solusi kelebihan suplai listrik?

Nanti akan kami rancang ulang. Persoalan itu (kelebihan pasokan) akan kami selesaikan secara komprehensif. Ada mobil listrik dan lain-lain. Effort kami luar biasa. Kami bangun semua strategi yang komprehensif, dimasukkan ke perencanaan. Kami berikan term yang jauh lebih baik. 

Apakah konversi kompor listrik menjadi upaya PLN yang paling sulit untuk menciptakan permintaan baru? Sudah sempat menggelar uji coba, tapi kemudian mentok.… 

Kami masih ada program lain untuk meningkatkan permintaan. Yang paling penting, pelanggan harus nyaman dengan PLN. Untuk meningkatkan demand, pertama, harus ada perbaikan di dalam PLN. Bagaimana kami memperbaiki kualitas layanan. Di sini peran digitalisasi. Ada pula persoalan dengan konsumen untuk sambungan listrik tegangan tinggi. Dulu, begitu mereka mau berkontrak dengan PLN, malah PLN yang tidak siap. Kami harus menambah transmisi, gardu induk, alokasi bujet, ekspansi infrastruktur. Ini yang kami perbaiki.

Artinya permintaan kepada PLN sudah cukup tanpa program konversi kompor listrik? 

Masih kurang. Makanya kami atasi dengan cara yang komprehensif. Ada konsumen tegangan tinggi di luar rencana umum penyediaan tenaga listrik (RUPTL). Konsumen baru di luar RUPTL kami masukkan ke rencana kerja dan anggaran perusahaan. Juga ada beberapa strategi (untuk meningkatkan permintaan). Pertama, secara organik dengan meningkatkan kualitas pelayanan, minimal tidak di bawah ekspektasi. Kedua, perusahaan-perusahaan yang dulu menggunakan captive power (pembangkit listrik sendiri) sudah mulai berpindah ke PLN. Sistem di Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan sudah balanced, pasokan jauh lebih baik, keandalan meningkat. Harga listrik PLN menjadi kompetitif. 

Seperti permintaan listrik dari proyek smelter baru.…

Kami mengakui demand itu berbasis pada investasi, pertumbuhan ekonomi. RUPTL kami berbasis pada perencanaan pemerintah, permintaan wilayah industri, kawasan ekonomi khusus, dan lain-lain.  

Kawasan mana saja yang diincar PLN sebagai basis permintaan baru? 

Kalimantan, Jawa Barat, Kawasan Industri Batang (Jawa Tengah), juga Cikande (Banten). Kami akan adaptif. Pertumbuhan demand akan bergerak sesuai dengan perkembangan terbaru. Ini terkoneksi dengan pasar global.  

Permintaan baru tersebut cukup untuk mengatasi masalah PLN? Artinya, jika program konversi kompor listrik tidak jadi, tak ada masalah? 

Kelebihan pasokan listrik ada di Jawa saat ini. Sumatera akan mengalami kelebihan pasokan pada 2024.Tapi kan masih ada daerah yang belum tersambung, jadi ada defisit. Di satu sisi juga ada penambahan di daerah yang memang mengalami kelebihan pasokan atau di kawasan yang belum ada infrastruktur jaringannya. Karena itu, PLN harus menambah jaringan transmisi. 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Khairul Anam

Khairul Anam

Redaktur ekonomi Majalah Tempo. Meliput isu ekonomi dan bisnis sejak 2013. Mengikuti program “Money Trail Training” yang diselenggarakan Finance Uncovered, Free Press Unlimited, Journalismfund.eu di Jakarta pada 2019. Alumni Universitas Negeri Yogyakarta.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus