Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
PT Combiphar kini berfokus pada segmen produk konsumen.
Pandemi mendorong Combiphar meluncurkan produk-produk suplemen kesehatan.
Combiphar mengakuisisi Simba Indosnack Makmur dengan nilai investasi di atas Rp 600 miliar.
PRODUK kesehatan menjadi primadona di tengah masa pandemi yang berkepanjangan. Pelaku industri farmasi dan kesehatan pun berlomba-lomba untuk berinovasi serta melengkapi lini bisnis yang dimiliki.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal ini seperti yang dilakukan PT Combiphar, perusahaan farmasi yang bertransformasi menjadi perusahaan consumer healthcare dengan memproduksi serta memasarkan lebih dari 90 produk kesehatan dan nutrisi. Setelah dikenal lewat produk obat batuk sirup OBH Combi, obat tetes mata Insto, produk jamu Madurasa, serta beragam produk obat dan suplemen, kini Combiphar mulai merambah lini bisnis makanan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Langkah tersebut ditempuh dengan mengakuisisi Simba Indosnack Makmur, salah satu produsen sereal terbesar nasional. Presiden Direktur Combiphar, Michael Wanandi, mengungkapkan akuisisi itu dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan konsumen dan memperkokoh bisnis perseroan.
“Kami melihat Simba punya potensi dan prospek bisnis yang menarik. Sinergi ini diharapkan bisa mendukung pertumbuhan jangka panjang perusahaan,” ujar Michael kepada Ghoida Rahmah dari Tempo.
Seperti apa inovasi dan pengembangan strategi yang dilakukan Combiphar untuk membangun konglomerasi bisnis produk kesehatan? Berikut ini petikan wawancara dengan Michael dalam diskusi virtual pada awal Desember lalu.
Bagaimana dampak dua tahun pandemi terhadap bisnis perseroan?
Kami tentu harus melakukan adaptasi, reformulasi strategi, baik jangka menengah maupun jangka panjang. Di awal masa pandemi, kami berfokus memastikan kesehatan karyawan. Kami berhenti sebentar. Setelah itu, baru kami meramu strategi bagaimana jika pandemi ini berkepanjangan. Kami melihat pola konsumsi masyarakat berubah.
Lalu seperti apa adaptasi yang dilakukan perusahaan menghadapi perubahan tersebut?
Pada pertengahan tahun lalu, kami melihat harus memperkuat lini-lini tertentu. Dan kebetulan memang sejak dulu kami sudah memikirkan bahwa gaya hidup sehat itu penting, bukan hanya karena pandemi. Dengan demikian, kami memikirkan apa bisa kami mempercepat pilar-pilar produk yang sifatnya preventif. Maka kami ambil alih Air Mancur Group dengan produk jamu Madurasa. Sebab, kami melihat bahwa obat-obat tradisional itu bisa menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan sistem imun tubuh, sehingga kami melakukan penguatan di lini bisnis tersebut.
Bagaimana kinerja penjualan produk farmasi selama masa pandemi?
Tentu saja farmasi sebagai pilar bisnis masih menjadi fokus. Tapi ternyata tidak semua produk farmasi penjualannya meningkat saat masa pandemi. Banyak sekali produk farmasi yang penjualannya turun karena banyak orang takut ke rumah sakit.
Berbeda dengan produk-produk yang meningkatkan sistem imun tubuh, penjualannya lebih baik. Namun, dengan tingkat pengendalian kasus Covid-19 yang semakin baik saat ini, penjualan produk-produk farmasi juga sudah mulai merangkak naik.
Ada contoh inovasi produk yang dilakukan dan diluncurkan khusus saat momen pandemi?
Tentu. Salah satu produk yang kami keluarkan saat masa pandemi adalah Fortiboost Vitamin D3. Sebab, kami melihat vitamin D3 ini merupakan suplemen yang baik untuk memperkuat sistem imun tubuh. Lalu produk jamu Madurasa. Kami akan merilis produk inovasinya dalam waktu dekat.
Apa yang membuat perusahaan turut berfokus mengembangkan divisi nutrisi dan makanan?
Kami mendapat tawaran kesempatan untuk mengakuisisi Simba pada awal tahun ini. Kami memandang nutrisi sebagai fokus yang penting. Mengkonsumsi produk sereal pun belum menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia secara umum. Terlebih ini (Simba) merupakan perusahaan asli Indonesia. Kami merasa sayang kalau jatuh ke tangan asing, sehingga itu masuk dalam rencana kerja kami dan sebagai upaya menyiasati bisnis saat masa pandemi dengan mendiversifikasi bisnis. Kami ambil alih untuk memperbaiki kualitasnya agar bisa bersaing dengan produk-produk asing yang ada di dalam negeri.
Berapa investasi yang dikucurkan perusahaan untuk akuisisi ini?
Kami membeli 100 persen saham kepemilikan dengan nilai akuisisi di atas Rp 600 miliar.
Apakah ada rencana akuisisi lagi ke depannya?
Kami memang akan mengembangkan divisi nutrisi dan makanan ini secara organik, dan menggunakan Simba sebagai motornya. Tapi, apakah kita akan melakukan akuisisi lagi, saya belum bisa jawab. Sebab, kurang dari dua tahun terakhir ini saja, kami tidak pernah terpikirkan mengambil alih Simba dan Air Mancur Group. Tapi, kalau memang ada penawaran menarik dan sesuai dengan roadmap Combiphar, tentu akan kami pertimbangkan.
***
Michael Wanandi
Pendidikan
Sarjana Ilmu Komputer dari Boston University, Amerika Serikat
Magister Administrasi Bisnis dari Carnegie Mellon University, Amerika Serikat
Karier
2005-2011, Direktur PT Combiphar
2011-sekarang, Presiden Direktur PT Combiphar
2019-sekarang, Komisaris PT Jamu Air Mancur Solo
2021-sekarang, Presiden Komisaris PT Simba Indosnack Makmur
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo