Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan mengakui pengadaan susu untuk keperluan program Makan Bergizi Gratis sebagian masih berasal dari luar negeri alias impor. Namun, ia mengatakan tak setiap hari susu menjadi menu pilihan program andalan pemerintahan Prabowo Subianto itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Susu kan tertentu aja kan enggak tiap hari. Susu ada impornya seperti biasa saja,” ujar Zulhas dalam jumpa pers di Graha Mandiri, Jakarta, Senin, 6 Januari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Eks Menteri Perdagangan ini mengatakan menu makan bergizi gratis disesuaikan dengan pangan di daerah. Ia mencontohkan, menu makan bergizi gratis di Lampung mungkin akan mencakup ikan, karena warga di sana suka. Tempe dan tahu jadi pilihan nomor dua.
Tapi di Jawa, politikus Partai Amanat Nasional (PAN) ini mengatakan, menu makan bergizi memerlukan tempe dan tahu. Di Kalimangan, menunya akan lain lagi. Ia mengatakan, Badan Gizi Nasional telah mempelajari betul kebutuhan pangan di setiap daerah itu.
Di luar susu, Zulhas memastikan menu makan bergizi gratis bersumber dari produksi dalam negeri. “Kami enggak ada impor,” tuturnya.
Selama ini, sekitar 80 persen pasokan susu Indonesia dipenuhi dari impor. Sebelumnya, Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi mengatakan penyebab tingginya impor susu lantaran produksi susu dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan susu domestik.
Mengutip data pemerintah, Budi Arie mengatakan konsumsi susu nasional pada 2022 dan 2023 masing-masing sebesar 4,4 juta ton dan 4.6 juta ton. Sedangkan data perdagangan eksisting menunjukkan konsumsi susu nasional pada 2022 dan 2023 sebesar 4,44 juta ton dan 3,7 juta ton. “Produksi susu sapi nasional hanya sebesar 837.223 ton atau 20 persen, 80 persen sisanya impor,” kata Budi Arie dalam jumpa pers di Kantor Kementerian Koperasi (Kemenkop), Jakarta, Senin, 11 November 2024.
Saat ini jumlah koperasi produsen susu nasional mencapai 59 unit. Pada 2023, jumlah populasi sapi di koperasi produsen susu sebanyak 227.615 ekor. Mereka menghasilkan susu sebesar 470 ribu ton. Sedangkan peternakan sapi modern dengan 32.000 ekor sapi mampu menghasilkan susu sebanyak 164 ribu ton. “Total sebesar 571 ribu ton,” kata Budi Arie.
Budi Arie juga sempat menyoroti kualitas susu skim impor yang kualitasnya rendah. Menurut Budi Arie, kualitas susu skim secara di bawah susu sapi segar karena sudah melalui berbagai macam proses pemanasan.
Ketua Umum Projo itu mengatakan, impor susu skim mengakibatkan harga susu segar menjadi lebih murah. Susu segar saat ini dipatok seharga Rp 7.000. Idealnya, harga susu segar bisa mencapai Rp 9.000. “Para peternak sapi perah mengalami kerugian,” kata Budi Arie.
Pilihan Editor: Perlukah Pemerintah Membatasi Produksi Nikel Tahun Ini?