KEADAAN Winarsih -- kembar siam yang dioperasi tanggal 15 Mei
lalu -- ternyata serba menggembirakan. Sepuluh hari setelah
operasi ia sudah meninggalkan ruang ICU. Berarti makan-minumnya
tidak perlu lagi lewat selang infus.
Kembali dirawat di ruang ilmu bedah RS dr Soetomo, Surabaya,
Winarsih sudah bisa makan nasi tim. Bahkan ia tidak dilarang
makan sambil (lauk kesenangannya) di samping sayur dan abon.
Berat badannya tanggal 30 Mei lalu 7 kg. Jadi bertambah 1 kg.
Ketika monsternya baru saja dipotong, berat badannya tinggal 6
kg -- separuh dari keadaan normal bocah berumur 23 bulan. Untuk
mengejar ketinggalan itu dr Suwidji Wanamarta, ketua tim dokter
yang mengoperasi Winarsih, wanti-wanti kepada Paisah, ibunda
Winarsih, agar memperhatikan makanan anaknya.
Periang
Di samping mendapatkan tubuhnya dalam keadaan normal, Winarsih
juga tidak mengalami hambatan jiwa lagi. Kalau dulu sangat
pendiam dan takut kepada orang yang belum dikenalnya, kini ia
kelihatan jadi periang. Menurut Ny. Alit, seorang perawat yang
sangat dekat dengan Winarsih, bocah itu kini tidak jarang
mendendangkan lagu belek adus kali, lagu anak-anak Jawa. Ia
juga senang menirukan apa yang dilihatnya. Misalnya, ketika
pasien di sebelahnya bersembahyang, ia coba menirukan. "Allahu
akbal" katanya, cedal, sambil menggerakkan tangannya sebagaimana
orang sembahyang.
Dr Suwidji sendiri tidak menduga kalau keadaan Winarsih bisa
pulih secepat itu. "Kini sudah ngajak bapaknya jalan-jalan,"
ujar Suwidji bangga. Dulu, tapi lantaran badannya dibebani
monster anak itu sering terjatuh. Karena keadaan Winarsih sudah
menggembirakan, tim dokter bisa segera dibubarkan tanggal 3 Juni
lalu dengan tidak lupa mengadakan selamatan.
Selesai selamatan pembubaran tim dokter, Winarsih sebenarnya
sudah boleh meninggalkan rumahsakit, meski pun belum bisa
meninggalkan kota Surabaya. "Masih harus diperiksa dua kali
seminggu," ujar Suwidji. Baru tanggal 10 Juni ini Winarsih boleh
dibawa ke luar Surabaya.
Supaya Nama Itu Abadi
Sebagaimana direncanakan semula 11 Juni kedua orangtuanya,
Marino dan Paisah akan membawa Winarsih ke daerah asalnya di
Purworejo. Neneknya yang masih tinggal di daerah Jawa Tengah itu
sudah siap mengadakan selamatan sebagai rasa syukur atas
keselamatan cucunya. Dengan selamatan 11 Juni itu pula nama
Winarsih ditambah dengan Widjiastuti hingga lengkapnya menjadi
Winarsih Widjiastuti. Bagus juga. "Supaya nama dr Suwidji tetap
abadi pada keluarga kami," ujar Marino.
Menurut rencana, Winasih tidak akan lama di Purworejo. Hanya dua
minggu. Setelah itu ia kembali ke kampung transmigrasi Tajau
Pecah (Kal-Sel) yang dihuni orangtuanya sejak hampir tiga tahun
lalu. Hanya saja ia harus mampir dulu ke dr. Soetomo untuk
pemeriksaan terakhir.
Lalu bagaimana keadaan jantungnya yang tempo hari diberitakan
harus mendapatkan perawatan? "Masih belum ditentukan," jawab
Suwidji. Hanya saja sejak dipotongnya monster itu keadaan
jantungnya justru membaik. Mungkin lantaran beban yang semula
harus melayani dua tubuh kini jadi berkurang.
Kalau toh jantung Winarsih nantinya perlu dioperasi, menurut
Suwidji tidak sesulit operasi monster yang baru pertama kali
dilakukan di dr Soetomo. Apalagi dalam waktu dekat ini,
rumahsakit itu kabarnya sudah dilengkapi dengan seperangkat
peralatan baru sehingga ruang operasi di situ, menjadi lebih
sempurna.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini