Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Sebelum Winarsih, Ada Slamet

Prof.dr. Heyder dari RS.dr. Kariadi pada tanggal 23 september 1970, berhasil melaksanakan operasi pemisahan kembar siam tak sempurna. Pasiennya, Slamet bin Srimin, kini telah duduk di kelas II SD. (ksh)

10 Juni 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WINARSIH, yang berhasil dipisahkan dari tubuh tak sempurna yang lengket di dadanya, rupanya bukan kembar siam tak sempurna pertama yang berhasil ditolong di sini. Slamet bin Srimin lahir dari keluarga petani miskin dari desa Bandengan, Jepara, Jawa Tengah, juga mengalami penderitaan yang sama. Tapi berhasil diselamatkan melalui sebuah operasi di Rumah Sakit dr Kanadi, Semarang tanggal 23 September '70. Kini Slamet sudah berusia 8 tahun duduk di kelas II SD di desa Bandengan. Luka bekas operasi tempo hari masih kelihatan membekas di bagian atas pusatnya. Berlainan dengan Winarsih, yang dikampanyekan oleh beberapa mass media dan berhasil memengumpulkan sekitar Rp 4 juta, Slamet ketika itu tidak dapat sumbangan apa-apa. Kecuali niat Gubernur Jateng Majen Moenadi yang mau mengangkatnya. Itupun kemudian batal karena anak itu hanya dua orang bersaudara. Maka biaya operasi ditanggung fihak rumahsakit. Buka lihat Operasi pemisahan di Semarang itu berlangsung kurang dari satu jam. Dipimpin Prof dr Heyder, dibantu dr Darsito dan ahli anestesi dr Suhartoyo. "Waktu itu memang terjadi kesulitan sedikit, karena kami harus menelusuri arah aliran darah antara monster dengan diri Slamet. Dikuatirkan bila ada pembuluh darah yang berbahaya bila terpotong. Dan alhamdulillah ternyata kita berhasil baik," kata Prof Heyder kepada suratkabar Suara Merdeka Semarang dua pekan yang lalu. Kasus kembar siam tak sempurna sebenarnya bukan sesuatu yang istimewa menurut Prof Heyder. "Kelainan-kelainan apa pun bisa terjadi selama janin dalam kandungan," urainya. Operasi pemisahan yang dilakukan atas diri anak petani dari Bandengan itu sangat sederhana. "Secara buka-lihat saja," sambungnya. Tubuh tak sempurna dari Slamet Srimin itu terdiri dari dua tangan dan dua kaki, tapi tak berkepala. Kelaminnya laki-laki. Meskipun ada persambungan usus antara Slamet dengan tubuh yang melekat, namun setelah dilakukan pembedahan, anak itu ternyata bisa selamat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus