Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

"saya gosok gigi di kolam itu"

Penduduk kampung togog, desa cibadut, diserang penyakit kuning, diduga virus penyakit tersebut berjangkit dari air selokan dan kolam yang dipakai penduduk tersebut. (ksh)

12 Februari 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUASANA di Kampung Tagog, Desa Cikadut, Jawa Barat tetap ramai. Anak kecil kelihatan bercanda, main bola atau main sepeda di bawah pohon kelapa yang memang banyak tumbuh di kampung berpenduduk 1.000 jiwa itu. Dia bukan kampung yang terpencil. Hanya 30 meter dari tepi jalan raya Bandung-Ujung Beureung. Sekitar 14 km sebelah timur Bandung. Tapi akhir Januari penduduk kampung itu gempar. Penyakit kuning gentayangan dan menyerang hampir 100 orang penduduknya. Banyak yang menduga virus penyakit itu berjangkit dari air selokan dan kolam. Air untuk kebutuhan penduduk memang bersumber dari Kali Cisaranten, 300 meter dari kampung itu. Dengan memanfaatkan jasa potongan-potongan bambu, air kali tadi dialirkan ke rumah-rumah penduduk. Ditampung dalam kolam. Selain untuk menampung air, kolam itu juga dimanfaatkan untuk menanam kangkung dan memelihara ikan dengan mengandalkan kotoran manusia sebagai pupuknya. "Untuk gosok gigi saya mempergunakan air kolam itu," cerita Mastum, 24 tahun, kepada wartawan TEMPO, Dedy Iskandar. Mahasiswa yang jadi korban penyakit itu, Mastum, mula-mula merasa perutnya amat nyeri. Lalu dia muntah dan badannya panas dingin. Dia masih mencoba mengobati penderitaannya itu dengan minyak kayu putih. Tentu saja tak menolong. Keesokan harinya kencingnya pun mulai menguning. Tetapi virus penyakit itu kelihatannya tidak saja berenang di air kolam. Mungkin dia juga hinggap di makanan atau di mana saja di kawasan kampung itu. Susah diperkirakan. Buktinya H. Yusuf, orang yang boleh dikatakan paling kaya di kampung itu, juga kena. Padahal pedagang bahan bangunan itu mempergunakan pompa listrik untuk mendapatkan air. Yusuf sempat dirawat 10 hari di rumah sakit. Tak betah dikurung di rumah sakit, dia minta pulang. Ia sama sekali dikucilkan dari 4 anak dan 5 anggota keluarganya yang lain. Istrinya sendiri, kalau hendak menjumpai dia di sebuah kamar khusus, selalu mengenakan masker. "Takut ketularan penyakit. Sebab kata dokter berbahaya," kata istrinya, Muslihah Yusuf. Belum diketahui dengan pasti tipe penykit kuning yang menyerang kampung itu. Tetapi bagian Pemberantasan & Pencegahan Penyakit Menular dari Kantor Wilayah Kesehatan Jawa Barat sudah mengambil contoh darah penderita. Kabarnya juga termasuk contoh darah tetangga dan keluarga penderita yang belum kena. Sedangkan untuk mencegah penularan yang lebih luas, Dinas Kesehatan Bandung, menurut rencana awal bulan ini mendrop air bersih. Tetapi belum sempat air bersih yang dibawa dengan mobil tangki itu masuk ke Kampung Tagog, Desa Buah Batu di seberang kampung itu sudah kejangkitan. Sampai 1 Februari tercatat 4 orang yang jatuh. "Masih kami teliti apa yang menyebabkan penyakit ini cepat menyebar," jawab dr. Siti Handayawati dari Puskesmas Cicadas, yang menangani wabah kuning tersebut. Dengan Kampung Tagog ini sudah 2 kali Jawa Barat terserang penyakit kuning secara besar-besaran. Pertama kali di Pangandaran, tahun 1981, di waktu pengunjung banyak mendatangi lokasi wisata tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus