Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penelitian di Inggris yang diterbitkan di jurnal medis Akademi Neurologi Amerika menemukan aktivitas fisik dan mental, seperti melakukan pekerjaan rumah sehari-hari, olahraga, dan mengunjungi orang-orang terdekat bisa menurunkan risiko demensia. Riset selama 11 tahun yang melibatkan 501.376 orang di Inggris yang melaporkan aktivitas fisik dan mental di awal penelitian, misalnya seberapa sering mengunjungi teman, tingkat pendidikan, seberapa sering naik tangga, transportasi pergi bekerja, dan lain-lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Studi menemukan aktivitas tertentu berhubungan dengan menurunnya risiko demensia. Orang yang rutin berolahraga berisiko 35 persen lebih rendah, yang rajin melakukan pekerjaan rumah berisiko 21 persen lebih rendah, dan risiko yang rajin mengunjungi teman dan kerabat 15 persen lebih rendah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Risiko demensia memang melibatkan hal-hal yang di luar kendali kita, seperti penuaan dan keturunan. Namun riset menekankan banyak perilaku yang dalam kendali kita bisa mengurangi risiko atau menunda kondisi itu, kata Dr. Scott Turner, direktur program gangguan daya ingat di Pusat Medis Universitas Georgetown di Amerika Serikat.
Hasil penelitian menemukan hubungan, bukan kaitan langsung. Keterbatasan lain karena peserta menyebutkan aktivitas fisik dan mental mereka, ada kemungkinan beberapa lupa menyebutkan aktivitas yang dilakukan atau menyebutnya dengan kurang tepat.
"Perlu lebih banyak penelitian untuk memastikan penemuan kami. Akan tetapi, penemuan kami menegaskan membuat perubahan sederhana pada gaya hidup bisa bermanfaat," kata penulis utama penelitian Dr. Huan Song dari Universitas Sichuan di Cina lewat pernyataannya.
Tak ada kata terlambat
Secara umum, hasil ini adalah kabar baik. Apakah itu lewat aktivitas fisik, sosial, atau mental, membuat otak bekerja bisa membantu menunda demensia atau menurunkan risikonya. Turner mengatakan orang dengan gangguan penglihatan dan pendengaran berisiko lebih tinggi mengalami demensia jika tidak mengatasi masalahnya dengan kacamata atau alat bantu dengar.
Faktor risiko demensia lain adalah diabetes dan ada gaya hidup yang perlu diterapkan untuk mengurangi risiko diabetes, termasuk olahraga, pola makan sehat, dan menjaga berat badan yang sehat. Jadi, olahraga bukan hanya memangkas risiko demensia tapi juga diabetes.
Turner menegaskan berapa pun usia Anda, tak ada kata terlambat untuk menerapkan gaya hidup yang dianjurkan. Dan caranya bisa semudah membersihkan debu di rumah atau berjalan kaki bersama tetangga, misalnya.
"Saya sarankan lakukan sebanyak mungkin perubahan gaya hidup untuk mencegah demensia. Sudah pasti pencegahan lebih baik dari pengobatan," ujar Turner kepada HuffPost.
Buat yang sudah menderita demensia, ia mengatakan perubahan gaya hidup yang menuntut aktivitas fisik, sosial, dan mental masih berguna. Anda bisa memperlambat perkembangan demensia dengan menjaga otak terus terstimulasi. Inilah alasan bermain teka-teki adalah aktivitas populer pada penderita penyakit Alzheimer.