Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tubuh manusia merupakan aset paling berharga. Dalam beberapa agama, tubuh manusia disebut diciptakan Tuhan dengan sempurna, bahkan sangat canggih, seperti bisa menyembuhkan diri sendiri bahkan melawan penyakit. Dalam istilah medis, hal itu disebut autophagy.
Autophagy dikenal sebagai proses alami tubuh untuk melakukan daur ulang sel rusak atau tidak berfungsi, sehingga sel-sel dapat bekerja lebih efisien. Proses ini menjadi sorotan dalam penelitian ilmiah karena potensinya untuk membantu mencegah dan melawan berbagai penyakit seperti neurodegeneratif bahkan diklaim juga bisa melawan kanker.
Apa Itu Autophagy?
Dilansir dari Healthline, secara harfiah, kata "autophagy" berasal dari bahasa Yunani, yaitu "auto" yang berarti "diri sendiri" dan "phagy" yang berarti "makan." Proses ini sering disebut sebagai "pemakan diri," di mana sel secara efektif membersihkan dirinya sendiri dengan menghancurkan dan mendaur ulang komponen yang rusak atau tidak berfungsi. Dalam proses ini, bagian-bagian sel yang tidak berguna diubah menjadi bahan mentah yang dapat digunakan kembali untuk membangun komponen sel baru.
Autophagy berfungsi sebagai mekanisme kontrol kualitas pada tingkat sel. Dengan menghilangkan komponen sel rusak, autophagy membantu mengoptimalkan kinerja sel-sel tubuh dan mencegah akumulasi "sampah" yang dapat memperlambat fungsi sel.
Autophagy memiliki peran penting dalam mendukung kesehatan tubuh secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa manfaat utama autophagy:
1. Mendaur Ulang Komponen Sel: Proses ini memungkinkan sel untuk mengubah bagian yang rusak menjadi energi dan bahan bangunan baru.
2. Mencegah Penyakit: Autophagy membantu menghancurkan patogen seperti virus dan bakteri yang mungkin merusak sel.
3. Memperlambat Penuaan: Seiring bertambahnya usia, autophagy cenderung menurun, yang menyebabkan penumpukan sel-sel yang tidak efisien. Dengan merangsang autophagy, tubuh dapat memperpanjang umur sel yang sehat.
4. Mengurangi Risiko Penyakit Neurodegeneratif: Autophagy membantu membersihkan protein beracun yang berkaitan dengan penyakit seperti Parkinson dan Alzheimer.
5. Berpotensi Mencegah Kanker: Dengan menghilangkan sel-sel yang rusak sebelum mereka berkembang menjadi sel kanker, autophagy dapat menjadi mekanisme alami tubuh untuk melawan kanker.
Bagaimana Autophagy Terjadi?
Autophagy dimulai dengan pembentukan struktur yang disebut autofagosom. Struktur ini membawa bagian-bagian sel yang rusak ke organel bernama lisosom, yang bertugas memecah bahan-bahan tersebut menjadi komponen dasar. Proses ini mirip dengan sistem daur ulang, di mana bahan bekas diubah menjadi sesuatu yang baru dan berguna.
Dikutip dari Cleveland Clinic, ada beberapa cara untuk merangsang autophagy, antara lain:
1. Puasa
Puasa atau melakukan intermittent fasting bisa menjadi cara paling efektif untuk memicu autophagy. Ketika tubuh kekurangan nutrisi, sel-sel masuk ke mode bertahan hidup dan memulai proses autophagy.
2. Defisit Kalori
Mengurangi asupan kalori secara keseluruhan dapat memaksa tubuh untuk menggunakan kembali sumber daya internal, yang memicu autophagy.
3. Diet Ketogenik
Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat dapat menginduksi ketosis, suatu kondisi yang memicu autophagy dengan mengubah cara tubuh menggunakan energi.
4. Olahraga
Aktivitas fisik intens, terutama yang melibatkan otot rangka, dapat merangsang autophagy di berbagai organ tubuh, termasuk otot, hati, dan pankreas.
Berapa Lama Puasa yang Dibutuhkan?
Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa autophagy dapat dimulai dalam 24 hingga 48 jam puasa. Namun, waktu spesifik untuk manusia masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Oleh karena itu, penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum mencoba puasa atau diet ketat, terutama jika Anda memiliki kondisi kesehatan tertentu seperti diabetes atau sedang hamil.
Autophagy terus menjadi subjek penelitian intensif. Para peneliti percaya bahwa pemahaman lebih lanjut tentang autophagy dapat membuka jalan untuk terapi baru dalam melawan penyakit degeneratif dan kanker. Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa setiap perubahan besar dalam pola makan atau rutinitas harus dilakukan dengan pengawasan medis.
Pilihan Editor: Stres Mematikan Sel Otak
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini