Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis anak dan Sekretaris Satgas Remaja Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Angga Wirahmadi, mengatakan pencegahan remaja yang sudah terlanjur terpapar rokok dapat dilakukan dengan dukungan berbasis sekolah agar tidak menjadi perokok aktif.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ternyata program pencegahan merokok yang paling efektif adalah program pencegahan berbasis sekolah. Dan provider program yang paling berhasil untuk mengubah persepsi remaja tentang merokok adalah guru atau edukator,” ucap Angga dalam diskusi daring “Hari Tanpa Tembakau Sedunia”, Sabtu, 27 Mei 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia mengatakan sejatinya ada tiga program yang bisa diimplementasikan untuk mencegah remaja merokok, yaitu berbasis keluarga, sekolah, dan juga internet. Dokter di RS Hermina Jatinegara ini mengatakan prinsip yang disarankan untuk pencegahan berbasis sekolah adalah dengan teori pengaruh sosial, yaitu mengajarkan tentang kemampuan remaja untuk menolak ajakan merokok, dan kompetensi sosial, yaitu meningkatkan kompetensi sosial, keterampilan, keahlian, kemampuan remaja secara umum sehingga bisa jauh dari keinginan merokok.
Program pencegahan merokok di sekolah bisa dilakukan dengan larangan merokok di area sekolah serta tidak mempromosikan rokok dalam kegiatan sekolah. Memasang poster bahaya merokok dan bekerja sama dengan dinas kesehatan untuk sosialisasi bahaya merokok juga perlu dilakukan sehingga sekolah bisa mendapat predikat Kawasan Tanpa Rokok.
Guru juga bisa sangat membantu dalam menghentikan kecanduan merokok dengan memberi kesempatan remaja ataupun memunculkan potensi minat bakat dan perkumpulan remaja di sekolah sehingga bisa fokus pada aktivitasnya dan lebih mudah berhenti. Selain berbasis sekolah, pencegahan remaja yang kecanduan merokok juga bisa dilakukan dengan basis keluarga. Hal yang harus didahulukan adalah orang tua memberi contoh berhenti merokok.
“Orang tua melarang, jangan membiarkan anak merokok, karena ketika orang tua membiarkan anak merokok maka remaja mengatakan itu hal yang biasa. Dan arahkan remaja untuk mencari bantuan terkait berhenti merokok,” tambah Angga.
Berbagai pencegahan
Sementara pencegahan berbasis internet bisa dilakukan dengan larangan dari pemerintah terkait konten merokok di media sosial atau iklan. Dokter dari Universitas Indonesia ini mengatakan ada empat tahapan adiksi merokok pada remaja, yaitu tahap persiapan, di mana remaja melihat merokok sebagai kegiatan yang menyenangkan dan pereda stres. Biasanya remaja melihat kegiatan tersebut dari orang terdekat seperti ayah, saudara, maupun paparan media sosial dan iklan.
Tahap kedua adalah inisiasi, yaitu ketika remaja mulai mencoba merokok karena rasa ingin tahu dan tampil keren seperti teman-teman sebayanya yang merokok. Pada tahap ini, remaja biasanya merokok pada waktu tertentu dan tidak rutin, misalnya setelah makan atau jika sedang berkumpul bersama teman.
Sesudah merasa rokok menjadi sarana penghilang stres, remaja akan masuk ke tahap ketiga, yaitu menjadi perokok, di mana mereka sudah merokok minimal empat batang sehari. Dan tahap terakhir adalah sudah menjadi perokok aktif yang bisa menghabiskan satu bungkus rokok atau lebih.
“Biasanya semakin hari jumlah rokok yang dikonsumsi semakin bertambah. Jadi dari empat batang sampai akhirnya satu bungkus, lalu mungkin menjadi lebih. Tahap yang terakhir adalah maintenance of smoking, atau sudah menjadi perokok setia, perokok aktif, yang sudah kecanduan,” papar Angga.
Namun, di samping itu, Angga mengatakan keinginan remaja untuk berhenti merokok juga cukup tinggi. Dari data Adolescent Health Profile tahun 2021, 68 persen remaja perempuan usia 13-15 tahun ingin mencoba berhenti merokok dan 81 persen remaja laki-laki ingin melakukan hal yang sama.
“Namun, mereka biasanya jarang meminta bantuan orang lain untuk berhenti merokok. Padahal, bantuan itu sangat diperlukan. Sehingga remaja mengatakan rasanya sulit berhenti merokok,” kata Angga.
Hal yang bisa dilakukan untuk mendukung remaja berhenti merokok adalah dengan menghindari lingkungan yang dekat dengan merokok dan mengarahkan untuk melakukan kegiatan positif. Remaja juga perlu menghindari pengaruh untuk merokok dengan menghindari teman-teman yang merokok, meyakini merokok bukan sarana pergaulan, dan jangan malu untuk menolak.
“Prestasi kita ditingkatkan, contohnya di bidang olahraga, di bidang minat, hobi, ngaji, dan yang lain-lain,” ujarnya mencontohkan.
Terapi dengan tenaga kesehatan juga bisa dilakukan untuk mengatasi kecanduan merokok pada remaja dengan melakukan terapi psikososial seperti konseling motivasi dan terapi farmakologis dengan obat-obatan atau pengganti nikotin.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.