Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

7 Jurus Sebelum LASIK Dilakukan, Jangan Lupa Cek Air Mata

Walaupun memiliki peluang besar, nyatanya hingga saat ini terapi LASIK masih sulit dilakukan oleh masyarakat luas. Ada beberapa faktor yang menghambat

2 Mei 2018 | 06.25 WIB

Image of Tempo
Perbesar
ilustrasi mata. tracyandmatt.co.uk

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Laser Assisted In Situ Keratomileusis atau LASIK adalah salah satu pilihan terapi masalah gangguan refraksi atau gangguan penglihatan. Berbeda dengan terapi lainnya, melalui tindakan LASIK, seseorang dapat kembali melihat jelas tanpa alat bantu lihat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Walaupun memiliki peluang besar, nyatanya hingga saat ini terapi LASIK masih sulit dilakukan oleh masyarakat luas. Ada beberapa faktor yang menghambat tindakan LASIK.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hambatan yang sering dikeluhkan, adalah biaya yang mahal. Tetapi, menurut dokter spesialis sekaligus konsultan mata, Sophia Pujiastuti, kondisi anatomi seseorang juga menjadi poin penting dalam menentukan layak atau tidaknya seseorang mendapat tindakan LASIK.

Baca juga:
Ragu LASIK Karena Mahal? Kini Bisa Dicicil
May Day 2018: Ada 4 Negara yang Tak Merayakannya, Intip Kisahnya
2 Hal Ini Wajib Dicek Sebelum Membeli Obat Secara Online

“Oleh karena itu, sebelumnya pasien akan melalui beberapa pemeriksaan kornea mata sebelum pelaksanaan LASIK,” ucap Sophia dalam konferensi pers terkait LASIK diselenggarakan oleh SILC Lasik Center pada 30 April 2018 lalu di Jakarta.

Setidaknya, menurut Sophia, ada tujuh langkah pemeriksaan pada kornea mata pasien sebelum melakukan tindak LASIK. Yang pertama adalah pemeriksaan tajam penglihatan. Dalam pemeriksaan ini, pasien akan diarahkan untuk menggunakan bantuan kacamata, supaya dapat diketahui ukuran kejelasan penglihatan pasien.

Berikutnya, pemeriksaan struktur bola mata. Pemeriksaan ini dibagi menjadi dua bagian, bagian depan dan belakang bola mata pasien. “Disini akan diperiksa bagaimana kondisi bola matanya. Apakah semua baik, apakah media pembiasannya jernih, tidak ada hal aneh di kornea atau bagian lain, baru oke,” ungkap dokter yang juga merupakan founder dan Ophthalmologist SILC Lasik Center ini.

Pemeriksaan ketiga ialah pemeriksaan tekanan bola mata. Dalam pemeriksaan ini akan diteliti apakah pasien memiliki tekanan yang tinggi pada bola mata. Atau kemungkinan pasien memiliki penyakit glaukoma dan sebagainya.

Selanjutnya, pemeriksaan topografi. “Pemeriksaan ini sangat penting. Karena nantinya, laser akan bekerja berdasarkan pemetaan ini,” ucap Sophia. Secara otomatis, mesin LASIK akan merekam titik-titik tertentu yang harus di ablasi atau di laser. Oleh karena itulah, pemetaan bola mata pasien sangat diperlukan.

Kemudian, ada pemeriksaan ketebalan kornea. Di mana, menurut Sophia, untuk pasien dengan kondisi kornea yang tipis tidak akan bisa dilakukan terapi LASIK. Pemeriksaan berikutnya adalah pemeriksaan ukuran pupil, di mana mata pasien akan diperiksa dalam keadaan gelap juga terang. Hal bertujuan untuk mengetahui apakah pasien memiliki masalah melihat terlalu terang atau disaat gelap.

Dan yang terakhir adalah pemeriksaan air mata. “Walaupun dengan presentase yang sangat kecil, risiko dan komplikasi yang dapat timbul dari LASIK adalah mata menjadi kering,” maka, Spohia melanjutkan pemeriksaan air mata pasien juga sangat diperlukan. Karena. Jika produksi air mata pasien kurang, maka kemungkinan tidak bisa melakukan LASIK.

“Pasien harus paham hal apa saja yang menjadi faktor seseorang layak untuk mendapat LASIK dan faktor risiko apa saja yang dapat terjadi,” ungkap Sophia.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus