Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Bayi prematur biasanya terlahir dalam kondisi yang lebih lemah dan organnya belum berkembang sempurna sehingga perlu menjalani skrining sedini mungkin setelah dilahirkan. Konsultan neonatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta, Putri Maharani T. bersama PPDSp2 IKA FKUI, dr. Evelyn Phangkawira, SpA., menjelaskan pentingnya skrining kesehatan bagi bayi prematur dan hal yang perlu dilakukan orang tua untuk mempersiapkannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Bayi prematur adalah bayi yang lahir di usia kehamilan kurang dari seharusnya, yaitu kurang dari 37 minggu," kata Evelyn dalam gelar wicara daring, Senin, 4 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Putri menambahkan skrining adalah pemeriksaan untuk mendeteksi awal adanya kelainan pada bayi prematur agar orang tua bisa cepat melakukan tata laksana dari kelainan yang ada sehingga tidak muncul atau bisa diatasi sejak dini. Pemeriksaan skrining bayi prematur bertujuan untuk mendeteksi apakah memiliki masalah kesehatan atau berisiko tinggi mengalaminya. Jika kondisinya lemah atau bermasalah maka perlu mendapatkan penanganan intensif oleh dokter anak di ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU).
"Program skrining bayi prematur berkembang dari waktu ke waktu dan saat ini ada tujuh pemeriksaan skrining," jelas Evelyn.
Pertama, pemeriksaan fungsi pada kepala bayi dengan melakukan USG kepala untuk mengetahui apakah bayi prematur mengalami gangguan pada otak (seperti perdarahan otak) atau tidak.
"Bayi yang lahir di bawah usia 28 dan 32 minggu itu utamanya (untuk skrining kepala), kalau kondisinya berat bisa sampai usia 34 minggu kita akan tetap periksakan," ujar Putri.
Pemeriksaan lain
Skrining kedua adalah pemeriksaan untuk menilai fungsi penglihatan bayi sekaligus mendeteksi adanya Retinopathy of Prematurity (ROP) atau gangguan pada mata. Pemeriksaan mata perlu dilakukan pada bayi prematur dengan berat di bawah 1.500 gram atau memiliki kondisi kesehatan khusus sesuai anjuran dokter.
"Tidak seluruh bayi perlu skrining untuk mata, umumnya untuk bayi di bawah 32 minggu atau di bawah 1.500 gram, atau seandainya dokter yang merawat mengatakan skrining mata perlu dilakukan," kata Putri.
Ketiga, skrining fungsi tiroid agar bayi yang mengalami masalah kesehatan hipotiroid kongenital atau bawaan dapat segera ditangani dokter. Keempat, pemeriksaan fungsi jantung dengan melakukan USG jantung. Pemeriksaan tersebut dilakukan pada bayi prematur sesuai indikasi dan jadwal yang ditentukan.
Kelima, pemeriksaan ginjal untuk mendeteksi adanya tumpukan kalsium. Pemeriksaan ginjal juga diperlukan untuk mendeteksi risiko kesehatan lain yang mungkin terjadi pada organ tersebut.
"Semakin muda usia kehamilan saat lahir, risiko terjadinya penumpukan kalsium di ginjal semakin tinggi. Jadi, kita perlu melakukan USG ginjal setidaknya sekali sebelum bayi keluar dari rumah sakit. Kalau terdeteksi adanya tumpukan kalsium di ginjal, kita harus memastikan tumpukan kalsiumnya tidak bertambah atau berkurang dan fungsi ginjalnya tetap baik," papar Evelyn.
Keenam, pemeriksaan untuk mengetahui adanya penyakit mineral tulang atau Osteopenia of Prematurity (OOP). Skrining ini dilakukan pada semua bayi prematur untuk mendeteksi adanya masalah kesehatan tulang. Ketujuh, pemeriksaan anemia pada bayi prematur untuk mencegah anemia atau kurang darah pada bayi.
"Ada juga skrining untuk pendengaran. Ini sebenarnya bayi cukup bulan juga dilakukan skrining tersebut, selambat-lambatnya umur 3 bulan," kata Putri.
Skrining tersebut umumnya berupa tes pendengaran pada bayi yang mencakup Otoacoustic Emission (OAE). Ada juga tes pendengaran Brain Evoked Response Audiometry (BERA) untuk memeriksa fungsi pendengaran bayi prematur.
Putri juga mengatakan orang tua juga perlu mengisi buku KIA bayi dari Kemenkes yang akan diberikan setelah melahirkan. Orang tua juga bisa mendapatkan bentuk elektronik buku tersebut dengan mengunduhnya di laman resmi Kemenkes.
Buku KIA bayi kecil berisikan informasi, pelayanan, dan perawatan kesehatan bayi kecil. Buku tersebut juga berisi edukasi dalam melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan bayi kecil yang dapat dilakukan orang tua.
"Pada prinsipnya, semakin kecil bayi prematurnya, semakin kecil berat lahirnya, semakin lengkap skrining yang dibutuhkan. Tanya dulu ke dokternya apakah skrining itu perlu dilakukan," tandasnya.
Pilihan Editor: Stigma Anak yang Lahir Prematur Cenderung Bodoh, Benarkah?