Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Ada Apa Antara Candu Rokok dan Vape? Ini Fakta Penelitiannya

Perang untuk memberangus konsumsi rokok di berbagai penjuru dunia tak henti-hentinya dipacu. Salah satunya dengan vape.

16 Desember 2017 | 18.06 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Perang untuk memberangus konsumsi rokok di berbagai penjuru dunia tak henti-hentinya dipacu. Salah satunya adalah dengan menciptakan produk untuk mengurangi ketergantungan terhadap tembakau seperti rokok elektrik (e-cigarette).

Saat ini, generasi terbaru dari rokok elektrik yang sedang naik daun adalah vape. Dengan menggunakan sistem penguapan untuk menghasilkan asap putih, alat ini menarik banyak penggemar dari kalangan generasi muda karena bisa dinikmati dengan berbagai varian rasa.

Sejumlah vape juice ditampilkan dalam dalam kompetisi Cloud Chasing di Vape Trade Convention (VTC), Meksiko, 11 Juni 2017. REUTERS/Victor Ruiz Garcia
Sayangnya, dalam perkembangannya, vape menimbulkan kontroversi tersendiri. Sebagian kalangan menilai piranti tersebut acapkali justru digunakan sebagai alat bantu memasukkan nikotin ke dalam tubuh, alih-alih sebagai instrumen terapi berhenti merokok.

Baca juga:
Ini Rahasia Agar Kencan Bisa Berlanjut, Waktunya Cuma 4 Menit
Sabet US$ 100 Ribu, Ini Fakta tentang The Sacred Riana
3 Jurus Ampuh Menjauh dari Rokok

Bagaimanapun, sebuah studi kesehatan terbesar di Inggris belum lama ini mementahkan anggapan itu. Studi dihelat selama 2015—2017 terhadap lebih dari 60.000 remaja usia 11—16 tahun. Hasilnya? Terbukti, vaping tak memicu kebiasaan merokok di kalangan remaja.

Penelitian yang terdiri atas lima tahapan survei berskala masif tersebut merupakan hasil kolaborasi antara UK Centre for Tobacco and Alcohol Studies, Public Health England, Action on Smoking and Health, dan DECIPHer Centre University of Cardiff.

Temuan yang didapatkan dari survei itu menunjukkan pola yang konsisten, yakni; mayoritas remaja yang baru coba-coba vaping tidak tertarik menggunakannya secara reguler. Pada saat bersamaan, angka konsumsi rokok di kalangan generasi muda terpantau semakin turun.

Seorang peserta membuat bulatan dari uap asap Vaping saat ikuti kompetisi Vapor Cloud di Vape Summit 3 di Las Vegas, Nevada, 2 Mei 2015. REUTERS
Dari total remaja yang disurvei, kurang dari 3 persen di antaranya mengaku mengonsumsi vape secara reguler setidaknya sekali dalam sepekan, dan sebagian besar dari mereka sejak awal adalah perokok. Sementara itu, kurang dari 1 persen yang mengaku tidak pernah merokok.

Kepala studi tersebut, Mark Conner dari University of Leeds, mengatakan riset yang dilakukan timnya membuktikan bahwa tidak ada keterkaitan langsung antara konsumsi rokok elektrik dengan kecenderungan beralih ke rokok tembakau.

Buktinya, angka merokok di kalangan remaja di Inggris semakin menurun dari waktu ke waktu seiring dengan kian populernya penggunaan rokok elektrik. “Jadi anggapan bahwa mengonsumsi rokok elektrik dapat merangsang kecanduan rokok tidaklah terbukti,” ujarnya dikutip Reuters.

Linda Bauld, profesor Kebijakan Kesehatan dari University of Stirling, menambahkan kebanyakan penelitian tentang rokok elektrik yang sudah ada sebelumnya berusaha menghubung-hubungkan keterkaitan antara konsumsi vape dengan kecenderungan merokok.

“Namun analisis yang didapatkan dari survei kami terhadap ribuan pemuda Inggris membuktikan dengan jelas bahwa remaja yang sejak awal tidak merokok, tidak lantas berubah menjadi perokok [tembakau] setelah mengonsumsi rokok elektrik,” tegasnya.

Senada, CEO Action on Smoking and Health (ASH) Deborah Arnott berpendapat para remaja yang mengkonsumsi rokok elektrik mengaku tidak tertarik mencoba mengonsumsi rokok. Terbukti, angka perokok tembakau di Inggris terus merosot.

“Kalau memang mengkonsumsi rokok elektrik menyebabkan seseorang mencoba merokok, maka fakta bahwa angka perokok di kalangan remaja Inggris terus menurun perlu direvisi. Sudah terbukti bahwa itu tidak terjadi. Saat ini, angka remaja perokok di Inggris mencapai rekor terendah dalam sejarah.”

Sementara itu, Deputi Dirketur DECIPHer Centre University of Cardiff, Graham Moore, beranggapan survei tersebut menunjukkan tingginya konsumsi rokok elektrik di kalangan generasi muda di Inggris dalam beberapa tahun terakhir.

Kendati demikian, tren konsumsi rokok elektrik tidak berlanjut menjadi sebuah kebiasaan baru di kalangan remaja yang bukan perokok. “Sehingga kekhawatiran bahwa rokok elektrik akan menyebabkan anak muda kecanduan tembakau rasanya tidak masuk akal,” tegasnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini


Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus