Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Agar Suatu Negara Diakui Bebas Malaria oleh WHO, Bagaimana Caranya?

Untuk menghilangkan malaria, program perlu berkonsentrasi pada identifikasi dan eliminasi fokus infeksi melalui metode deteksi kasus pasif dan aktif.

28 Oktober 2024 | 11.22 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Nyamuk malaria (Reuters Photo/Paulo Whitake

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa Mesir kini bebas malaria, hal itu dinilai sebagai pencapaian bersejarah dalam upaya global untuk memberantas penyakit tersebut. "Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengesahkan Mesir sebagai negara bebas malaria, yang merupakan pencapaian signifikan dalam kesehatan masyarakat bagi negara yang memiliki lebih dari 100 juta penduduk," bunyi pernyataan tersebut, sebagaimana dikutip dari Antara.

WHO menambahkan, bahwa pencapaian ini merupakan hasil dari "upaya hampir 100 tahun oleh pemerintah dan rakyat Mesir untuk mengakhiri penyakit yang telah ada di negara ini sejak zaman kuno."

Untuk mencapai status tersebut tidak sembarangan, WHO menetapkan status bebas malaria bagi suatu negara berdasarkan bukti yang komprehensif dan dapat dipercaya bahwa rantai penularan nyamuk penyebab malaria telah terhenti di seluruh wilayah negara tersebut selama setidaknya tiga tahun berturut-turut.

Cara Agar Suatu Negara Bebas Malaria Menurut WHO

Malaria merupakan penyakit serius yang mengancam jiwa dan disebabkan oleh parasit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Penyakit ini sangat umum di wilayah tropis, dan meski dapat dicegah serta diobati, malaria tetap menjadi tantangan kesehatan global yang signifikan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada berbagai langkah yang dapat diambil oleh negara-negara untuk mencapai status bebas malaria. Berikut adalah beberapa strategi utama yang disarankan oleh WHO.

1. Pengendalian Vektor

Pengendalian nyamuk vektor merupakan langkah kunci dalam mencegah penyebaran malaria. WHO merekomendasikan dua metode utama, yaitu:

- Kelambu Berinsektisida (ITN): Penggunaan kelambu berinsektisida saat tidur di wilayah rawan malaria sangat efektif dalam mencegah gigitan nyamuk.

- Penyemprotan Residual Dalam Ruangan (IRS): Penyemprotan insektisida pada dinding dan permukaan di dalam rumah untuk membunuh nyamuk yang hinggap.


Namun, keberhasilan metode ini terancam oleh resistensi insektisida pada nyamuk serta perubahan perilaku nyamuk yang menggigit lebih awal atau di luar rumah. Oleh karena itu, WHO menekankan pentingnya inovasi dan peningkatan distribusi kelambu serta akses terhadap IRS.

2. Kemoprofilaksis

Kemoprofilaksis merupakan konsumsi obat-obatan antimalaria sebelum bepergian ke daerah endemis. Bagi pelancong atau individu yang tinggal di daerah endemis, mengonsumsi obat kemoprofilaksis bisa mencegah infeksi malaria. Obat ini umumnya mulai diminum 2-3 minggu sebelum keberangkatan dan diteruskan hingga 4 minggu setelah paparan terakhir.

3. Kemoterapi Preventif

Strategi kemoterapi preventif mencakup pemberian obat antimalaria kepada populasi berisiko pada waktu tertentu. Bentuk kemoterapi preventif yang direkomendasikan WHO antara lain:

- Kemoprevensi Malaria Musiman (SMC) untuk anak-anak di wilayah dengan penularan musiman tinggi.

- Pengobatan Pencegahan Malaria Intermiten (IPT) untuk ibu hamil dan anak usia sekolah di daerah endemis.

- Pemberian Obat Massal (MDA) pada populasi tertentu selama musim risiko tertinggi.

4. Vaksinasi

Sejak tahun 2021, WHO merekomendasikan vaksin malaria RTS,S/AS01 untuk anak-anak yang tinggal di wilayah dengan penularan malaria P. falciparum sedang hingga tinggi. Pada 2023, WHO juga mengesahkan vaksin malaria kedua, R21/Matrix-M, yang diharapkan dapat mempercepat upaya pemberantasan malaria di Afrika. Vaksin ini terbukti efektif mengurangi kasus malaria berat yang mengancam jiwa pada anak-anak.

5. Diagnosis dan Pengobatan Dini

Pengobatan dini pada kasus malaria sangat penting untuk mencegah penularan lebih lanjut. WHO merekomendasikan penggunaan metode diagnostik berbasis parasit seperti mikroskopi dan uji diagnostik cepat (RDT). Beberapa obat yang umum digunakan dalam pengobatan malaria adalah:

- Terapi kombinasi berbasis artemisinin (ACT)  untuk malaria P. falciparum.

- Klorokuin untuk infeksi P. vivax di wilayah yang masih sensitif.

- Primakuin untuk mencegah kambuh pada infeksi P. vivax dan P. ovale.

6. Pengawasan

Sistem pengawasan yang kuat sangat penting untuk memantau kasus dan kematian akibat malaria. Pengumpulan dan analisis data yang sistematis membantu kementerian kesehatan menentukan daerah yang paling terdampak dan memungkinkan negara untuk merancang intervensi yang efektif. WHO juga merekomendasikan pengawasan resistensi obat antimalaria, terutama di wilayah dengan kasus resistensi artemisinin.

7. Eliminasi Malaria dan Sertifikasi Bebas Malaria

Pemberantasan malaria berarti menghentikan penularan lokal secara permanen. Negara yang telah bebas dari penularan malaria selama minimal tiga tahun berturut-turut dapat mengajukan sertifikasi bebas malaria dari WHO. Sejak 2015, beberapa negara seperti Maladewa, Sri Lanka, dan Tiongkok telah berhasil memperoleh status bebas malaria.

MYESHA FATINA RACHMAN I ANTARA | WHO

Pilihan Editor: SBY Diungang Bill Gates di Forum Perang Melawan Malaria Sedunia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus