Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Agar Tak Tumbang oleh Ameba

Diare tak bisa disepelekan. Mesti ke dokter jika berlangsung lebih dari dua hari.

5 Juni 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bonny Imam Idayat buru-buru ke Bandung begitu mendengar kabar buruk itu. Sabtu malam pertengahan Mei lalu, kondisi adiknya, Leo Kristi, dikabarkan semakin kritis. "Tapi, sekitar setengah jam kemudian, saya dengar kabar lagi, dia sudah meninggal," ujarnya pada Ahad pekan lalu.

Musikus balada bernama asli Leo Imam Soekarno itu wafat pada usia 67 tahun di rumah sakit di Bandung pada 21 Mei lalu pukul 00.45. Sejak awal Mei, Leo menjalani rawat inap di rumah sakit tersebut. "Dokter mengatakan karena disentri ameba," kata Bonny.

Menurut Bonny, Leo mengeluhkan perutnya tak enak sejak dua-tiga bulan sebelumnya. Keluarganya mengira itu sakit perut biasa. Sampai suatu hari, penyanyi dan pencipta lagu yang mulai dikenal pada pertengahan 1970-an ini mengalami diare terus-menerus. Berbagai obat dicoba, tapi malah ada darah pada tinja. Leo mengira ia mengidap ambeien. Namun, setelah ia dibawa ke rumah sakit, dokter menyatakan ada masalah di perutnya. Ia mesti dirawat inap karena disentri ameba.

Bonny tak tahu persis dari mana adiknya tertular penyakit itu. Ia hanya menduga sumbernya dari makanan atau lingkungan di sekitar tempat kos Leo di Bandung. "Kalau makan suka pindah-pindah, di warung," ujarnya.

Untuk melawan kuman disentri, dokter memberinya antibiotik. Meski antibiotik dosis tinggi sudah diberikan, kesehatan Leo tak kunjung pulih. Ia terus mengalami diare sampai menderita dehidrasi.

Kondisinya baru membaik saat ia mendapat tambahan suntikan protein. Namun, baru empat hari membaik, kondisi kesehatan Leo memburuk hingga berujung pada kematian. "Kami tak mengira bisa sejauh itu penyakitnya," ucap Bonny.

Penyakit disentri ameba umum terjadi di Indonesia. Namun, menurut dokter spesialis penyakit dalam subspesialis penyakit tropik Khie Chen, tak banyak penderita yang meninggal karena masalah ini. "Sangat jarang sampai menyebabkan kematian. Memang ada laporan satu-dua kasus yang demikian," tuturnya.

Biasanya infeksi ameba, kata dia, hanya terjadi lokal di saluran cerna. Namun, bagi orang dengan kondisi kesehatan tak baik, misalnya karena sudah tua atau sebelumnya menderita penyakit lain, kemungkinan disentri sampai menyebabkan kematian ini bisa terjadi. Pada umumnya ini disebabkan oleh kuman yang menyebar ke organ tubuh lain, seperti ke hati, sehingga menyebabkan bisul pada hati. Yang paling berbahaya jika kuman masuk ke darah dan beredar bebas ke organ-organ lain. "Sehingga menyebabkan sepsis," kata dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo, Jakarta, ini.

Dokter spesialis penyakit dalam subspesialis penyakit tropik Rudi Wicaksana mengatakan ada dua penyebab disentri, yakni bakteri dan ameba. Disentri bakteri atau basiler disebabkan oleh bakterishigella, salmonella, atau E-coli. Jenis ini paling umum terjadi. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 120 juta kasus disentri parah termasuk jenis ini dengan mayoritas penderita adalah anak di bawah umur lima tahun. Sedangkan disentri ameba disebabkan oleh ameba (parasit bersel satu) bernama Entamoeba histolytica, yang biasa hidup di daerah tropis.

Keduanya, kata Rudi, biasa berkembang di lingkungan yang kotor. Penularan bisa terjadi lewat makanan yang terkontaminasi kuman tersebut, misalnya karena penderita tak mencuci tangan dengan bersih sehabis buang air besar. Potensi menderita makin besar bagi mereka yang berkekebalan tubuh rendah atau pelaku seks anal.

Menurut Rudi, penderita disentri ameba lumayan banyak, prevalensinya berkisar 30 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Ia menuturkan, setelah ikut termakan dan masuk lewat mulut, ameba yang merupakan hewan renik bersel tunggal itu mengalir ke usus pencernaan. Tubuh berupaya membasminya dengan asam lambung. Namun ameba tak kalah cerdik. Mereka berkoloni dan membentuk kista sehingga bisa lolos dari lumatan asam lambung. "Dengan membentuk kista, ameba seperti memakai mantel yang melindungi supaya tahan dari asam lambung," kata dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Dokter Hasan Sadikin, Bandung, tersebut.

Lolos dari asam lambung, koloni tersebut menuju usus. Mereka memecahkan diri dan menyerang dinding-dinding organ pencernaan. Sebagian ikut mengalir bersama cairan tubuh ke organ dalam, misalnya ke hati, sehingga menyebabkan infeksi. Proses infeksi ini bisa berlangsung hingga tahunan.

Nah, ameba yang bertahan di usus akan menginfeksi organ tersebut. Sebagai bentuk pertahanan, tubuh akan menggerakkan "pasukan" sel darah putih untuk menyerang kuman itu. Tubuh juga akan berupaya menguras ameba dengan cara terus-menerus mengeluarkan kotoran, yakni dalam bentuk diare.

Diare diartikan sebagai bentuk tinja yang encer dengan frekuensi keluaran lebih dari dua atau tiga kali sehari. "Umumnya kalau hanya dua hari diare lalu sembuh sendiri itu masih normal," ujarnya. Tapi, jika tak teratasi dan berlangsung terus-menerus, badan bisa kekurangan cairan alias dehidrasi.

Karena serangan ini pula badan akan membentuk antibodi dalam hitungan hari atau minggu, tergantung kondisi fisik pasien. Sambil menanti mekanisme alami tubuh melawan, Rudi menyarankan, pasien minum sebanyak mungkin. Tiap kali keluar cairan, segera diganti dengan asupan cairan. "Sebaiknya yang mengandung elektrolit karena itu yang banyak terbuang, seperti dengan air kelapa, oralit, atau minuman kemasan yang mengandung elektrolit," katanya. Makan pun dianjurkan tetap normal supaya perut tidak kosong.

Rudi tak menyarankan penderita menyetop keluarnya diare, karena risikonya kuman bisa bertahan di tubuh lantaran tak ikut keluar bersama kotoran. "Jika dalam dua hari tak kunjung sembuh sendiri, itu waktunya pasien harus berobat ke dokter atau menjalani rawat inap dengan suntikan infus," ucapnya.

Agar terhindar dari penyakit ini, ahli gizi Tan Shot Yen memberi kiat. Terapkan pola hidup bersih dan sehat, misalnya dengan mencuci tangan sebelum makan. "Disentri ameba kan karena infeksi alias akibat makanan jorok. Tinggal jaga kebersihan, kan?" ujarnya.

Anwar Siswadi (Bandung), Nur Alfiyah


Gejala Disentri Ameba
Gejala bisa muncul sepuluh hari setelah terpapar dan terinfeksi oleh parasit.

Gejala bisa berlangsung mulai beberapa hari sampai beberapa minggu. Tanpa diobati, meski gejala hilang, parasit bisa hidup di usus selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Segera ke dokter jika diare berdarah atau berlendir.

- Diare disertai darah atau nanah
- Mual atau muntah
- Sakit perut
- Suhu tinggi
- Panas-dingin
- Perdarahan pada ujung saluran cerna (rektum)
- Penurunan berat badan
- Kehilangan selera makan
- Komplikasi disentri ameba

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus