Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan sorot mata tajam, Omar Ali menatap setiap lawan bicaranya. Bekas Wali Kota Marawi di Mindanao, Filipina selatan, ini menyatakan tidak lagi percaya bahwa konflik berdarah di Marawi dapat berakhir damai. "Saya tidak tahu. Korban tewas sudah banyak, kota sudah porak-poranda," kata Ali.
Bagi Ali, Maute bukan nama yang asing. Pria dengan julukan Solitario ini berkerabat dengan keluarga Maute lewat pernikahan adiknya, Fahad "Pre" Salic, dengan Rasmia Romato, sepupu pertama dari dua bersaudara Abdullah dan Omar Maute.
Namun, menurut Ali, klan Maute yang ia kenal dulu ketika ia masih menjabat wali kota, 2001-2007, sungguh berbeda dengan kelompok yang saat ini telah membikin Marawi hancur. "Mereka menyebut apa yang mereka lakukan jihad. Tapi faktanya itu virus yang menghancurkan komunitas muslim," ujarnya.
Ali menerima wartawan Tempo, Mahardika Satria Hadi, dua jurnalis dari stasiun televisi nasional, serta dua wartawan lokal Filipina di restoran masakan Jepang Tadakuma di Kota Iligan, Jumat malam pekan lalu. Satu setengah jam, eks komandan Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) itu bercerita tentang Maute dan nasib Marawi.
Siapa sebenarnya kelompok Maute?
Mereka tidak pernah memperkenalkan diri sebagai kelompok Maute. Mereka anak Cayamora Maute, seorang insinyur. Ada lima anak laki-lakinya. Pemimpinnya Abdullah dan Omarkhayam Maute. Keduanya ulama. Omarkhayam dulu bersekolah di Universitas Al-Azhar, Mesir. Abdullah kuliah di Yordania. Omar menikah dengan perempuan Indonesia, seorang muslim.
Kenapa mereka melancarkan teror di Marawi?
Dulu ada masanya MNLF, lalu MILF (Front Pembebasan Islam Moro). Setelah itu, kondisi stagnan. Generasi muda tak lagi percaya kepada generasi tua. Muncullah generasi kelompok revolusioner baru. Mereka membawa gaya perjuangannya sendiri. Bedanya, mereka berkaitan dengan atmosfer revolusioner di Timur Tengah dan dunia muslim.
Bagaimana hubungan Maute dengan Isnilon Hapilon?
Maute bersama Abu Sayyaf dan Bangsamoro Islamic Freedom Fighters berpartisipasi dalam gerakan Daesh (akronim bahasa Arab untuk ISIS). ISIS lalu menunjuk Isnilon Hapilon sebagai amir untuk mereka.
Saat Anda masih menjabat wali kota, di mana keberadaan kelompok Maute?
Kelompok Maute baru muncul tiga-lima tahun lalu. Zaman saya dulu, tidak ada kelompok seperti kelompok Maute saat ini. Cayamora Maute, ayah mereka, dulu teman saya kuliah di Mindanao State University. Ibu mereka, Farhana Maute, teman kuliah saya dan kawan adik terkecil saya.
Apa motivasi kelompok Maute?
Ini virus internasional yang menulari dua bersaudara Maute saat mereka belajar di Timur Tengah. Mereka membawa ideologi baru ini dan menulari banyak orang, mungkin termasuk ayah dan ibu mereka, ha-ha-ha....
Di mana anggota kelompok Maute tersebar?
Awalnya mereka ada di Butig, tapi sekarang ada di Marantau. Setidaknya di 15 kota, semua di Provinsi Lanao del Sur.
Kenapa Maute mengincar Marawi?
Butig sudah selesai. Mereka telah menghancurkan Butig, yang kini terbelah. Kini mereka mencari tempat lain. Teroris selalu mengincar lokasi yang bisa mendongkrak pemberitaan skala besar.
Apa tujuan terbesar mereka?
Anda tahu Maute radikal. Bagi mereka, hanya ada satu pemerintahan, yaitu khilafah. Satu khalifah, satu negara. Menurut mereka, pemuka agama saat ini, termasuk ulama, telah menurunkan derajat serta mempermalukan Islam, dan layak mati. Berbeda dengan gerakan revolusioner Islam sebelumnya, mereka punya kebebasan mutlak untuk menghancurkan tempat dan penduduk. Menurut mereka, itu semacam pembersihan.
Anda pernah terlibat dalam perundingan damai pemerintah dengan Maute?
Hanya sekali secara langsung pada November 2016. Saya berbicara dengan Omar dan Abdullah, menjelaskan bahwa dengan negara federal, umat Islam dapat mengatur kehidupan sendiri. Ini lebih dari otonomi. Tapi mereka tidak mempercayai saya.
Maute menolak konsep negara federal?
Mereka hanya percaya satu negara, satu pemimpin, satu hukum, yaitu hukum mereka.
Pemerintah hanya percaya pendekatan militer untuk menghadapi Maute?
Saat ini militer hanya punya dua pilihan untuk Maute: menyerah atau mati.
Sekuat apa kelompok Maute?
Kekuatan terbesar mereka anak-anak berusia 16-25 tahun. Saya kasihan kepada anak-anak itu, bahkan ada yang perempuan. Jumlah mereka 500-3.000. Anggota kelompok bersenjata mereka 250 orang. Saya tidak tahu Marawi nanti seperti apa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo