Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Akupuntur, Fakta Sains di Balik Pengobatan Tradisional Tiongkok

Profesor neurobiologi dari Harvard Medical School berhasil menemukan fakta sains di balik akupuntur, pengobatan tradisional Tiongkok.

19 Oktober 2022 | 06.25 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi akupuntur. Pixabay/5petalpics

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Akupuntur merupakan salah satu teknik pengobatan tradisional asal Tiongkok dengan menancapkan sejumlah jarum pada titik tertentu guna mengurangi rasa nyeri atau penyakit lain. Walaupun dipercaya telah ada sejak ribuan tahun lalu, dasar ilmiah dari akupuntur masih menjadi perdebatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Terbaru, profesor neurobiologi dari Harvard Medical School berhasil menemukan fakta sains di balik akupuntur. “Studi ini menyentuh salah satu pertanyaan paling mendasar di bidang akupunktur. Apa dasar neuroanatomi untuk pemilihan titik akupuntur di tubuh?” kata Qiufu Ma sebagaimana dikutip dari situs resmi Harvard Medical School.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Studi yang dilakukan oleh Ma beserta koleganya telah diterbitkan di Jurnal Nature pada Oktober 2021. Penelitian ini bermula melalui uji coba pada tikus yang ditancapkan jarum layaknya akupuntur. 

Dari uji coba tersebut, peneliti berhasil mengamati bahwa terdapat neuron-neuron tertentu di daerah belakang tubuh, seperti punggung atau belakang kaki, yang akan aktif apabila mendapatkan tusukan. Sederhananya, neuron merupakan sel-sel saraf dan cabang halus di dalam tubuh.

Baca: Manfaat dan Risiko Terapi Akupuntur

Bagaimana Akupuntur Bekerja?

Harvard Medical School menyebut bahwa akupuntur bekerja dengan memberikan rangsang secara mekanis pada sejumlah titik di tubuh sehingga memicu sinyal saraf untuk memengaruhi saraf lain, termasuk organ. 

Meskipun begitu, perlu diketahui bahwa tidak semua titik di tubuh akan bereaksi dengan akupuntur. Dalam uji coba yang dilakukan oleh Ma sebelumnya, peneliti menemukan bahwa bagian belakang tubuh cenderung lebih sensitif terhadap titik akupuntur. 

Temuan tersebut menjawab bahwa akupuntur cenderung bekerja dengan baik pada tubuh bagian belakang, tetapi tidak bekerja untuk bagian perut. “Berdasarkan distribusi serabut saraf ini, kita hampir dapat memprediksi dengan tepat di mana stimulasi listrik akan efektif dan mana yang tidak efektif,” jelas Ma.

Akupuntur di Dunia Modern

Meskipun berasal dari Tiongkok dan dipercaya telah berkembang sejak ribuan tahun lalu, Harvard Medical School melaporkan bahwa akupuntur semakin dipercaya dan digunakan sebagai salah satu pengobatan alternatif di beberapa negara barat.

Bahkan, seiring perkembangannya, terdapat variasi pengobatan akupuntur lain dengan mengaliri listrik pada jarum-jarum akupuntur. Beberapa sumber menyebut variasi ini sebagai akupuntur elektrik.

Cara kerja variasi ini sama dengan akupuntur tradisional. Namun, ketika jarum ditancapkan ke tubuh, pasien akan merasakan sengatan halu dan terukur dari listrik yang dialirkan melalui jarum.

Berbeda dengan akupuntur tradisional yang mungkin menimbulkan nyeri pada bagian wilayah tusukan lain, Ma beserta timnya justru menemukan bahwa akupuntur elektrik memiliki sifat yang lebih spesifik.

Artinya, rangsangan elektrik atau rasa nyeri akupuntur hanya dirasakan pada wilayah jarum ditancapkan dan tidak di titik-titik lainnya.

Berkat temuannya tersebut, Ma berharap bukti ilmiah ini akan memajukan pemahaman tentang akupuntur dan neuron di tubuh manusia sekaligus memberikan informasi praktis agar pengobatan tradisional asal Tiongkok ini dapat digunakan secara efektif.

ACHMAD HANIF IMADUDDIN 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus