Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bagi sebagian anak, menulis adalah sesuatu yang menyenangkan. Namun, tak sedikit pula yang menganggapnya sebagai aktivitas yang membosankan. Padahal, ada banyak manfaat dari menulis yang bisa diraih anak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lalu, apa alasan dibalik ketidaktertarikan anak pada menulis? Dalam acara Festival Literasi Sekolah 2019, penulis Yona Primadesi menjelaskan bahwa hal utamanya berkaitan dengan pemaksaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Yona mengatakan bahwa banyak orang tua yang memaksa anaknya harus menulis demi mendapatkan manfaat positif. Lebih dari itu, tak sedikit pula hukuman yang diberikan dari guru maupun orang tua dengan cara menulis sehingga inilah yang membuat anak trauma dan enggan menulis.
“Sampai zaman sekarang, orang tua sering memaksakan kehendak yang walaupun niatnya baik tapi belum tentu disukai anak. Selain itu, kalau anak salah pasti disuruh tulis seribu kalimat ‘Saya tidak akan…’ ini membuat anak jadi tidak menyenangi kegiatan menulis,” katanya.
Lalu, bagaimana cara orang tua memperkenalkan agar anak mau menulis? Satu-satunya cara menurut Yona adalah dengan masuk dari kesukaannya. Dalam hal ini, ia mengatakan bahwa tidak ada anak-anak yang benci menggambar dan mewarnai sehingga orang tua dapat melakukan pendekatan secara perlahan dari sana.
Ilustrasi. TEMPO/Aditia Noviansyah
“Biarkan anak menggambar dan mewarnai sesuka hatinya. Cara agar suka menulis? Perlahan coba tanya kisah dibalik gambarnya itu,” katanya.
Yona pun memberikan contoh. Saat anak menggambar rumah, orang tua sebaiknya langsung menanyakan rumah siapa itu. Jika itu adalah rumah si anak, tanya aktivitas apa yang dilakukan. Dengan begini, gambarkan mengenai setting tempat, waktu, lokasi dan karakter telah ada. Selanjutnya, barulah perlahan diajak menuangkan karya gambar ke tulisan.
“Ketika anak sudah bercerita panjang, berarti ia sudah memiliki imajinasi tentang gambar yang dibuat. Pada tahap ini, baru orangtua mulai minta anak berpindah dari menuangkan ide berupa gambar, menjadi tulisan,” katanya.
“Anak tentu akan dengan senang melakukannya sebab sebenarnya ide untuk menggambar maupun menulis itu sama dan sudah tercipta. Tinggal medianya saja yang berubah,” tutur Yona.