Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pusing-pusing, lekas lelah, kadang sulit bernapas, acap kali rasa sedih muncul tanpa ketahuan penyebabnya. Gejala-gejala anemia yang menyergap dan menurunkan produktivitas kerja itu tak patut ditanggapi dengan pasrah. Bahkan, menurut dr. Regina Maria, yang meneliti pengobatan anemia di Jakarta pekan lalu, penyakit itu mudah diobati.
Untuk mendongkrak kadar hemoglobin (Hb) yang melorot di bawah normal, para penderita dianjurkan mengkonsumsi makan berzat besi tinggi. Daging dan sayuran hijau akan memompa angka Hb, tapi minuman seperti kopi dan teh justru menurunkan. Kopi dan teh akan menghambat penyerapan zat besi.
Selama ini para penderita memang dianjurkan mengkonsumsi multivitamin, kombinasi zat besi, asam folat, vitamin B12, mangan, dan kuprum. Tapi, menurut Regina, multivitamin hanya memenuhi separuh kebutuhan tubuh akan zat besi. Terapi terbaik dilakukan oleh ferrous gluconate, senyawa yang terdapat dalam sumber makanan alami.
Menurut survei Kesehatan Nasional 2001, prevalensi anemia di tingkat nasional—kecuali Provinsi Papua, Maluku, Aceh—masih cukup tinggi. Wanita di usia subur, 15-49 tahun, paling banyak terancam anemia. Provinsi Banten tercatat sebagai wilayah dengan penderita di kalangan perempuan tertinggi (43,6 persen).
Dwi Arjanto, Karina A.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo