Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Asal Usul Bubble Tea yang Mendunia

Bubble tea jadi minuman wajib bagi milenial. Racikan teh susu atau perpaduan lain kini wajib menambahkan bubble tea.

6 Agustus 2019 | 07.52 WIB

Image of Tempo
material-symbols:fullscreenPerbesar
Bubble Tea yang disuguhkan di Chun Shui Tang Cultural Tea House di Taichung, Taiwan. Di kedai teh inilah minuman unik bubble tea diciptakan. (shutterstock.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Setiap ke mal, mata Anda akan menatap stan-stan atau tenant yang menjajakan bubble tea. Dalam racikan teh susu yang segar itu terdapat bola-bola warna hitam, teksturnya kenyal dan rasanya manis. Yup itulah bubble tea berisi brown sugar boba yang juga disebut sebagai black pearl si mutiara hitam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Boba merupakan campuran susu dingin, karamel gula aren, dan mutiara tapioka. Proses memasak boba, yakni memasukkan mutiara tapioka ke dalam karamel gula aren dan susu itu. Lalu dibentuk bulat-bulat. Lalu siapa yang mempopulerkannya?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menyebut Boba tak bisa mengabaikan nama Chen Shui Tang dari Taichung, Taiwan. Chen Shui Tang adalah kedai teh yang pertama kali mempopulerkan buble tea pada akhir 1980-an. Mulanya, sejak berdiri puluhan tahun silam, pendirinya Liu Han-chien fokus menjual teh oolong berkualitas.

Dari kedai teh Chen Shui Tang ini keajaiban bermula. Dalam sebuah artikel di South China Morning Post (18/6) bertajuk “History of Bubble Tea: How Boba Born of a Staff Competition in Taiwan, Became a Global Phenomenon”, bubble tea sudah ada sejak 1987.

Ide awalnya memang hanya segelas teh susu dingin. Liu si pemilik kedai Chen Shui Tang ingin mengubah cara orang menikmati teh susu. Caranya, ia memasukkan teh susu tradisional dan es ke dalam cocktail shaker alias gelas pengocok. Tak dinyana anak-anak muda menggemarinya, meskipun kalangan penikmat teh susu konservatif mengolok-olok kreasi Liu.

Meskipun belum diisi boba, minuman itu memang laris manis, bisa diminum kapan saja, terutama oleh lidah generasi muda yang gemar es tak peduli siang malam atau musim hujan dan kemarau, "Ini semacam revolusi dalam sejarah minum teh China, karena disajikan dingin dan masyarakat penggemar teh menyebut kami gila. Tetapi anak-anak muda sangat menyukainya," ujar putri Liu, Angela Liu Yen-Ling.

Nah kemunculan bubble tea di kedai Chen Shui Tang baru pada 1987. Awalnya Angela menantang para pegawai kedai untuk menciptakan kreasi minuman teh, agar sejarah teh susu dingin terulang dalam versi lain. Diam-diam manajer kedai teh, Lin Hsiu-hui, sangat suka "fen yuan" atau mutiara tapioka sebagai makanan penutup, menambahkannya ke dalam teh susu dingin itu.

Lin iseng-iseng menjualnya, dan laris. Sepekan menjualnya diam-diam, ia memberi tahu Angela dan mengikutkan menu itu ke dalam lomba, "Awalnya ia tidak memberi tahu ayahku, dia benar-benar menguji coba langsung pada beberapa pelanggan dan mereka menyukainya," ungkap Angela.

Akhirnya racikan Lin ini dipilih dan dimodifikasi kembali. Mutiara tapioka ini diolah kembali dengan karamel gula merah dan susu, lalu disebut sebagai "black pearl" atau mutiara hitam, merujuk pada bentuk boba.

Dari Taiwan, bubble tea menjalar ke seluruh dunia. Dan menjadi minuman favorit anak-anak milenial. Paduan rasa teh, buah, dan susu bercampur boba ternyata banyak disukai, karena sensasi segar, nikmat, manis, dan sedikit mengenyangkan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus