KENDATI tak sepopuler beberapa bulan lalu, AIDS hingga kini masih ramai dibicarakan. Terutama karena penyakit yang meruntuhkan daya tahan tubuh itu masih juga belum bisa ditaklukkan. Percobaan vaksinasi, pembuatan obat dan upaya penghancuran virusnya, belum menunjukkan tanda positif. Semua eksperimentasi masih bersifat percobaan dengan target kira-kira. Toh selalu ada harapan penaklukan pada usaha coba-coba itu. Seperti yang diumumkan pabrik obat Burroughs-Wellcome Co. pekan lalu. Perusahaan farmasi itu mengantungi izin mencobakan obat baru terhadap 6.000 penderita AIDS, setelah tes percobaan menunjukkan hasil yang meyakinkan. Percobaan itu ditunjang pemerintah Amerika Serikat yang hingga kini aktif memerangi AIDS. Asisten Menteri Kesehatan AS, Dr. Robert E. Windom, mengutarakan obat Wellcome yang akan dicobakan itu bernama AZT singkatan Azidothymidine. Dari sekian obat yang ditemukan, kata Windom, AZT satu-satunya yang menunjukkan tanda-tanda positif. Mungkinkah ini obat yang ditunggu-tunggu? Windom belum berani memastikamlya, "Belum ada tanda AZT menyembuhkan total AIDS," katanya. Di samping itu, percobaan AZT bersifat agak darurat -- memperpanjang umur penderita AIDS gawat. Menghadapi keadaan darurat macam ini banyak dampak samping AZT diabaikan. Wellcome sendiri mengakui, AZT mempunyai beberapa dampak samping yang cukup berbahaya. Beberapa di antaranya, serangan sesak napas dan sakit kepala hebat. Juga terhambatnya pembentukan sel-sel darah, dan beberapa akibat keracunan lain. Percobaan yang akan dilakukan pada maksimal 11.000 penderita akan dilakukan dengan pengawasan ketat, dan dilakukan di Institut Penyakit Alergi dan Infeksi Nasional di Bethesda, Maryland. Yang diprioritaskan, penderita yang sudah terkena radang paru, Pneumcystis carinii. Radang ini menandakan seseorang positif kena AIDS, dan berat. AZT bukan obat yang baru saja ditemukan. Obat ini ditemukan di tahun 1964 oleh Jerome Horwitz di Detroit. Percobaan Horwitz mendesain obat ini mulanya untuk penyakit kanker. Horwitz khususnya mencoba menghancurkan sel-sel kanker pada darah. Tapi percobaannya gagal. "Hasilnya nol," ujar Horwitz. Namun, belakangan, AZT ditemukan para peneliti Wellcome bisa menghancurkan retrovirus -- HTLV III, virus penyebab AIDS masuk kategori virus ini. Retrovirus tergolong virus tangguh. Memiliki gen khas yang mampu menerobos isolasi yang ketat di samping memiliki sistem reproduksi yang canggih. Pada HTLV III, misalnya, terdapat enzim khusus yang bernama transkriptase yang mampu memalsukan kode-kode genetik suatu sel. Dengan cara itu, virus menduduki sel-sel T, bagian paling penting dalam sistem pertahanan tubuh. Prinsip menaklukkan yirus penyebab AIDS dengan obat, sementara ini, adalah upaya menghancurkan infrastruktur virus itu. Di antaranya menghancurkan gen khusus -- yang dikenal dengan nama TAT hingga ketangguhan virusnya menurun. Juga, menghancurkan transkriptase hingga virus tak mampu mendudukl sel-sel T dan dengan begitu, tak mampu melakukan reproduksi (virus senantiasa membutuhkan sel lain untuk berkembang biak). Cara memutus proses kembang biak inilah yang ditempuh AZT. Bentuk obat yang akan dicobahan pertama kali ini berupa obat minum. Diproduksi cuma-cuma oleh Wellcome untuk percobaan beberapa bulan mendatang. Pcmantauan penelitian ini dilakukan sejumlah badan kesehatan internasional. Kerja sama dunia menghadapi AIDS memang intensif. Namun, kalaupun percobaan AZT ini berhasil, ikhtiar menaklukkan AIDS mungkin masih jauh. AZT hanya bisa menghancurkan struktur satu jenis virus yaitu HTLV III. Apakah masih ada jenis virus lain penyebab AIDS? Tampaknya, memang begitu. Awal September lalu, tim Institut Pasteur Paris yang dipimpin Dr. Chermann menemukan sejumlah insek Afrika, khususnya dari Tanzania, mengandung virus penyebab AIDS. Di antaranya lalat Tze-Tze, nyamuk, kutu, dan serangga lain. "Dari sekitar 50 jenis insek yang kami teliti, semua mengandung virus berbahaya itu," ujar Chermann. Sebelumnya tak pernah terduga, virus penyebab AIDS terdapat pula pada serangga. Yang diketahui, virus itu menular melalui kera -- kera hijau. Chermann belum bisa memastikan apakah virus-virus itu sama dengan HTLV III, tapi hasil penelitiannya menunjukkan dengan pasti, virusvirus itu menyerang sel-sel T dan menimbulkan keruntuhan daya tahan tubuh. Yang mencemaskan bila virusvirus itu merupakan varian perkembangan HTLV III. "Dan bila penularannya memang melalui serangga, malapetaka AIDS akan sangat mengerikan karena akan sangat sulit diberantas," ujar Chermann. Sementara itu, hasil observasi korban AIDS semakin mengerikan saja. Dr. Andrew Wiznia dari Pusat Pengobatan Albert Einstein di Bronx, AS, berhasil menggariskan kecacatan akibat AIDS pada sebagian besar bayi yang terkontaminasi AIDS pada usia 12-16 minggu. Bayi-bayi itu lahir dengan kepala yang cacat. Wiznia menemukan, bayi AIDS itu rata-rata memiliki kening seperti kotak, jarak mata yang jauh, hidung yang pesek, bibir tebal, dan kerusakan rongga hidung. Anak-anak ini lahir dari ibu morfinis yang diduga kejangkitan virus HTLV III tapi tak sampai menderita AIDS. Pada anak-anak itu, Wiznia menemukan antibodi yang diduga diturunkan ibu mereka. Antibodi ini melindungi si anak dari kejangkitan infeksi berat. Toh perawatan intensif diperlukan karena tak ada yang bisa menduga perkembangan kesehatan anak-anak itu. "Untuk pengenalan penyakit sedini mungkin inilah diperlukan batasan fisik cacat akibat AIDS," ujar Wiznia. Jim Supangkat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini