Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penggunaan minyak goreng bekas atau jelantah di Indonesia bukan hal yang rahasia. Metode memasak ini banyak diterapkan oleh ibu rumah tangga bahkan para pedagang gorengan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain supaya tidak merasa mubazir dibuang, menggunakan minyak goreng bekas dinilai lebih hemat dan efektif. Tetapi, tahukah Anda jika mengonsumsi makanan yang dibuat dari olahan minyak jelantah tidak baik untuk kesehatan?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jurnal penelitian yang ditulis oleh Muhartono, dkk. berjudul Minyak Jelantah Menyebabkan Kerusakan pada Arteri Koronaria, Mokardium, dan Hepar Tikus (Rattus norvegicus) Jantan Galur Sprague Dawley mendukung hal ini.
Dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa minyak goreng jelantah mengandung banyak radikal bebas akibat perdoksidasi lipid yang berpotensi merusak organ tubuh pembuluh darah, jantung, hati, ginjal, serta penumpukan lemak. Minyak-minyak ini mengandung lemak jenuh dan kalori yang tinggi dan mengakibatkan risiko batu empedu.
Batu empedu merupakan kondisi medis terbentuknya batu di dalam kantung empedu. Kondisi ini ditandai dengan adanya gejala nyeri pada perut bagian kanan atas secara mendadak, bahkan rasa sakit itu juga menjalar ke punggung dan bahu. Pembentukan batu empedu salah satunya adalah karena kebiasaan makan yang tidak sehat.
Dilansir dari Durang Herald, tubuh membutuhkan banyak lemak yang sehat supaya kandung empedu tetap aktif, berfungsi, dan kosong secara normal. Sebaliknya, jika tidak yang terjadi endapan akan menumpuk, mengeras, dan terbentuk batu empedu.
Batu empedu akan terbentuk saat kantung empedu tidak dikosongkan secara teratur. Selain itu, penelitian lain menunjukkan bahwasannya pasien yang mengidap batu empedu menunjukkan lebih banyak mengonsumsi lemak dari makanan yang digoreng .