UNTUK memeras keterangan dari sandera di Kedutaan Besar Amerika
Serikat di Teheran, para mahasiswa nampaknya tak perlu
melaksanakan teknik "cuci otak" yang njelimet. Seperti berbagai
bentuk penyiksaan fisik, penggunaan obat-obatan, atau pun
hipnotisme.
Menurut Dr. L.J. West seorang ahli penyakit jiwa dari Amerika,
waktu 3 minggu dalam penyekapan sudah cukup untuk memecah-belah
pendirian para sandera. "Paling tidak dua-pertiga dari sandera
akan menyerah pada kemauan penyandera," katanya. Dia menunjukkan
13 sandera (7 negro dan 6 wanita) begitu dibebaskan kontan
memuji sikap penyandera dan menuntut Presiden Jimmy Carter untuk
menyerah dan mengirimkan Syah ke Iran.
Jangankan berminggu-minggu, dalam beberapa hari saja para
sandera sudah bisa berkapitulasi. Sebagian besar bersikap
dingin, pokoknya mana tahan hidup tanpa menggadaikan diri. Hanya
beberapa orang yang keras kepala yang berani tegak dan tak mau
tunduk pada kemauan penyandera. Belum bisa dijelaskan kombinasi
sistem nilai, keadaan watak, bentuk tekanan dan timing yang
bagaimana yang telah membuat golongan terakhir ini bisa berhasil
bertahan.
Tentang penyerahan diri sandera kepada si penyandera, Dr West,
bekas ahli penyakit jiwa militer dan sekarang kepala bagian
penyakit jiwa dan ilmu tentang tingkah-laku di University of
California Los Angeles, kepada Los Angeles Times menyebutkan
tiga hal yang berinteraksi yang menyebabkannya. Pertama karena
kelemahan fisik yang diakibatkan oleh kurang makan dan tidur.
Tambahan lagi adanya paksaan untuk berdiri terus hingga anggota
tubuh membengkak atau karena pukulan-pukulan.
Kedua karena ketergantungan kepada si penyandera, mulai dari
ketergantungan untuk berbagai keterangan, makanan dan malahan
perlindungan dari ancaman teriakan di luar gedung. Seperti
teriakan "bunuh Amerika" dan pembakaran bendera. Sedangkan unsur
ketiga adalah kecemasan karena tak tahu sampai kapan ditahan.
Dan apakah drama itu akan herakhir dengan kematian atau
luka-luka.
"Ketiga unsur itu saling mengisi," urai West. "Begitu kelemahan
memburuk, unsur ketergantungan pun menjadi bertambah jelek. Jika
kedua unsur itu bertambah parah, kecemasan pun jadi menghebat."
Kombinasi dari ketiga unsur itu selama Perang Korea (Juni 1950
Juli 1953) telah membuat 60% dari penerbang Amerika menyerah
kepada tekanan orang komunis. Mereka memberikan pengakuan yang
kacau. Ada yang menentang perang. Ada pula yang mengaku
melancarkan perang kuman.
Para sandera yang menunjukkan sikap mau bekerjasama dengan
penyandera, berbuat begitu mungkin karena tekanan. Atau mereka
mau mengibuli si penyandera, dengan berpura-pura saja, kata West
yang pernah melakukan penelitian terhadap bekas sandera RMS di
Negeri Belanda dan peristiwa penculikan Patricia Hearst, putri
raja koran dari Amerika beberapa tahun yang lalu.
San Diego
"Bersikap koperatif terhadap penyandera bisa juga disebabkan
oleh gejala yang disebukan oleh ahli sebagai the Stockholm
syndrome, yaitu sikap merasa senasib dengan si penyandera," urai
Dr West. Sindroma atau gejala tersebut muncul setelah perampokan
sebuah bank di Stockholm tahun 1973.
Karena ketidakpastian mengenai nasib mereka, seorang di antara
sandera (wanita) bukan saja membenci pemerintah yang tidak mau
cepat bertindak dan menyerah pada kemauan si teroris, ia malahan
jadi kasihan dan jatuh cinta pada si penyandera. Setelah bebas
ternyata rasa benci kepada pemerintah dari si sandera memang
makin berkurang. Tapi rasa kasihannya terhadap si penyandera
ternyata bertahan lama.
Andai para sandera di Teheran selamat, mereka tidak lepas dari
cacad saraf yang dalam dunia kedokteran dlsebut the survivor
syndrome. Mereka akan gugup, sulit tidur dan sering mengigau.
Ada yang mati rasa, seperti tak merasa ada apa-apa ketika
tangannya dipaku.
Selain gangguan itu mereka mungkin Juga akan menderita
penyusutan atau penambahan berat badan yang menyolok. Seorang
anak belasan tahun yang berhasil hidup dalam pembunuhan massal
di kenisah rakyat di Jonestown tempo hari, badannya bertambah 40
kg dalam setahun.
Di Amerika penderita gangguan mental akibat penyanderaan ini
diobati di pusat penelitian penyakit saraf yang dibangun
angkatan laut Amerika di San Diego untuk menampung bekas korban
perang Vietnam. Data-data penyakit yang terkumpul di situ juga
mencakup korban Perang Saudara yang berkecamuk antara 1861 -
1865.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini