Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Bonus yang Menyakitkan

Penderita kanker acap kali terserang penyakit metastatik tulang. Bisa menyebabkan kelumpuhan.

24 April 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meski banyak pasien, ruang tunggu Instalasi Kanker Tulip, Rumah Sakit Dr Sardjito, Yogyakarta, tetap saja terasa senyap. Tak banyak suara, juga gerak. Para pasien dengan wajah muram menunggu giliran menjalani pemeriksaan. Sebagi-an- besar perempuan, menderita kanker pa-yudara dan leher rahim. Seorang lelaki duduk terpekur di kursi roda. Leher-nya bengkak dengan benjolan se-besar buah mangga.

Berdasarkan data di Instalasi Kanker- Tu-lip, intensitas sakit mencapai angka ter-tinggi: antara tujuh sampai sembilan. Bi-asanya diderita pasien kanker stadium lan-jut akibat menyebarnya sel-sel -kan-ker-.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) me-nak-sir empat juta pasien setiap tahun me-ninggal karena kanker di seluruh du-nia. Dari jumlah itu, 3,5 juta orang me-rasakan penderitaan nyeri yang luar -biasa.

Tak cuma itu, acap kali penderita- kanker stadium lanjut harus merasa-kan nyeri tambahan yang tak kalah me-nyakitkan. Sebuah literatur Eropa me-nyebut-kan, 70–90 persen pende-rita kan-ker payu-dara, prostat, paru-paru, ginjal, dan tiroid mengalami nyeri akibat- penyakit metastatik tulang.

”Bonus” penyakit ini muncul lantaran sel-sel kanker merangsang aktivitas zat perusak tulang. Akibatnya, tulang tak mengalami remodeling. Dalam kondisi normal, zat perusak dan zat pembangun tulang bekerja seimbang. Namun, pada kasus metastatik tulang, zat perusaknya (osteoblas) bekerja lebih aktif. Akibatnya, tulang rapuh dan mudah terjadi fraktur (patah tulang) karena beton penyangganya hilang.

Kerja superaktif osteoblas ini juga dapat menyebabkan hiperkalsemia atau masuknya kalsium ke dalam aliran darah. ”Ini harus segera dinormalkan kar-ena sulit membasmi keduanya bersama-sama,” ujar Dr Nugroho Prayogo, pakar onkologi medis RS Kanker Dharmais, Jakarta.

Mereka yang menderita kanker payu-dara dan prostat paling rawan mende-rita metastatik tulang. Soalnya, kedua kanker itu menghasilkan protein yang da-ya rusaknya terhadap tulang sangat ting-gi.

Melacak metastatik tulang bisa dilakukan dengan- teknik imaging (pencitraan). Sebelumnya, yang terpenting-, rasa nyeri di tulang ja-ngan dibiarkan atau dianggap rematik biasa. Jangan memeriksakan diri ke dokter setelah rasa sakitnya tak tertahankan.

Jika tak cepat dan cermat ditangani, metas-tatik tulang bisa menyebabkan kelumpuhan. ”Bila rasa nyeri itu menyerang tulang belakang, dalam waktu dua kali dua puluh empat jam pasien harus segera dioperasi,” kata Nugroho.

Penderita kanker juga akan merasa-kan sakit yang amat sangat di tulang ru-suk, tengkorak, pinggul, tulang bela-kang, atau ujung tulang-tulang panjang. ”Penyakit ini tidak sama dengan os-teoporosis atau kanker tulang,” ujar Dr Samuel, Kepala Staf Medik Fungsi-onal RS Kanker Dharmais, Jakarta.

Metastatik tulang berbeda de-ngan metastatik di tempat lain. Bila metastatik mengarah ke paru-paru atau lever, akibatnya fatal. Ketahanan hidup pasien menjadi lebih pendek. Pada metastatik tulang, usia hidup bisa lebih lama, sekitar dua atau tiga tahun. Namun, pasien akan mengalami sakit yang luar biasa.

Untuk menangani metastatik tulang-, pasien tak bisa diberi obat pelawan nyeri biasa. Tapi mesti diberi analgetik- yang mengandung opiat. Standar per-awatan metastatik tulang terbaru mengguna-kan bifosfonat karena lebih aman. Fungsinya mengurangi kehancuran tulang dan membantu pertumbuhan tulang baru. ”Bahkan untuk pasien yang fungsi ginjalnya kurang dari 30, bifosfonat bisa digunakan meski dosisnya di-ku-ra-ngi,” Nugroho menjelaskan.

Tingkat pe-nyem-buhannya tergantung luas kerusakan yang diderita. Kalau kerusakannya sudah luas, tentu akan timbul kerusakan permanen. ”Kalau orangnya sudah lumpuh, ya, akan tetap lumpuh,” kata Johan. Bila belum terlambat, orangnya bisa kembali beraktivitas secara normal.

L.N. Idayanie (Yogyakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus