Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
REMATIK selama ini identik dengan penyakit orang lanjut usia. Padahal faktanya tidak demikian, orang muda pun bisa terserang rematik, apalagi bila ada keturunan. Penyakit terkait sendi ini bisa terasa menyiksa saat cuaca dingin seperti musim hujan yang kini masih berlangsung di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pilihan Editor:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mayo Clinic menjelaskan rheumatoid arthritis atau rematik adalah gangguan inflamasi kronis yang dapat mempengaruhi sendi. Pada beberapa orang, kondisi ini dapat merusak berbagai sistem tubuh, termasuk kulit, mata, paru-paru, jantung, dan pembuluh darah.
Sebagai gangguan autoimun, rheumatoid arthritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang jaringan tubuh sendiri. Tidak seperti kerusakan akibat keausan pada osteoarthritis, rheumatoid arthritis mempengaruhi lapisan sendi, menyebabkan pembengkakan yang menyakitkan, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan pengeroposan tulang dan gangguan sendi.
Gejala Rematik
Gejala rematik termasuk:
-Sendi yang terasa lunak, hangat, dan bengkak.
-Sendi kaku, yang biasanya lebih buruk di pagi hari dan setelah berhenti beraktivitas.
-Kelelahan, demam, dan kehilangan nafsu makan
Rematik dini cenderung mempengaruhi sendi yang lebih kecil terlebih dulu, yaitu jari-jari tangan dan kaki. Seiring perkembangan penyakit, gejala sering menyebar ke pergelangan tangan, lutut, pergelangan kaki, siku, pinggul, dan bahu. Dalam kebanyakan kasus, gejala terjadi pada sendi yang sama di kedua sisi tubuh.
Sekitar 40 persen penderita rematik juga menunjukkan tanda dan gejala yang tidak melibatkan persendian. Area yang bisa terpengaruh meliputi:
-Kulit
-Mata
-Paru-paru
-Jantung
-Ginjal
-Kelenjar ludah
-Jaringan saraf
-Sumsum tulang
-Pembuluh darah
Penyebab Rheumatoid Arthritis
Penyebab rematik adalah penyakit autoimun. Biasanya, sistem kekebalan membantu melindungi tubuh dari infeksi dan penyakit. Pada rematik, sistem kekebalan menyerang jaringan sehat di persendian dan dapat menyebabkan masalah medis dengan jantung, paru-paru, saraf, mata, dan kulit.
Dokter tidak tahu apa yang memulai proses ini meski kemungkinan ada komponen genetik. Keturunan tidak selalu jadi pemicu tapi dapat membuat orang lebih berisiko bereaksi terhadap faktor lingkungan seperti infeksi virus dan bakteri tertentu, yang dapat memicu penyakit. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko termasuk:
Jenis kelamin
Persentase wanita lebih banyak dibandingkan pria.
Usia
Rematik dapat terjadi pada semua usia. Tetapi paling sering dimulai pada usia paruh baya.
Riwayat keluarga
Jika anggota keluarga menderita rematik, risiko Anda bisa lebih tinggi.
Merokok
Merokok meningkatkan risiko terkena rheumatoid arthritis, terutama jika memiliki keturunan penyakit ini. Merokok juga bisa menambah keparahan penyakit.
Kelebihan berat badan
Orang yang kelebihan berat badan memiliki risiko lebih tinggi terkena rheumatoid arthritis.
Komplikasi rheumatoid arthritis bisa meningkatkan risiko terkena:
-Osteoporosis
-Nodul rheumatoid
-Mata dan mulut kering
-Infeksi
-Komposisi tubuh yang tidak normal
-Sindrom lorong karpal
-Masalah jantung
-Penyakit paru-paru
-Limfoma
Mitos tentang Rematik
Mitos yang dipercaya banyak orang adalah mandi malam dapat menyebabkan rematik. Namun, kepercayaan ini sebenarnya tidak terbukti secara medis. Rematik merupakan penyakit autoimun akibat sistem kekebalan tubuh menyerang sel normal karena salah mengenalinya sebagai sel berbahaya. Jadi, penyebab utama rematik bukan kebiasaan mandi di malam hari.
Intinya, mandi malam tidak dapat menyebabkan rematik karena rematik adalah penyakit autoimun yang tidak berhubungan dengan suhu air. Namun, bagi penderita rematik, mandi malam dengan air dingin memang dapat memperparah gejala. Lebih disarankan menggunakan air hangat saat mandi. Daripada menghindari mandi malam, langkah terbaik untuk mencegah rematik adalah dengan menjalani gaya hidup sehat seperti dikutip dari Antara berikut:
Jaga berat badan ideal
Berat badan berlebih dapat memberikan tekanan tambahan pada sendi, yang lama-kelamaan bisa menyebabkan nyeri dan kerusakan tulang rawan.
Rutin olahraga
Aktivitas fisik dapat membantu memperkuat otot dan sendi dengan berolahraga setidaknya 30 menit setiap hari, seperti berjalan kaki, lari, atau senam aerobik.
Kelola stres
Stres dapat memicu pelepasan sitokin yang menyebabkan peradangan pada sendi. Karena itu, penting untuk mengelola stres melalui meditasi, yoga, atau melakukan aktivitas yang menyenangkan.
Hindari rokok
Zat kimia dalam rokok dapat menyebabkan peradangan pada sinovium atau jaringan yang melapisi sendi sehingga bisa meningkatkan risiko rematik.
Makan makanan sehat
Makanan yang mengandung omega-3 dan vitamin D dapat membantu mengurangi risiko peradangan. Hindari juga konsumsi gula dan garam berlebih, minuman bersoda, serta alkohol.
Jika mengalami gejala rematik seperti nyeri sendi yang berkepanjangan, kaku di pagi hari, atau kelelahan ekstrem, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Pilihan Editor: Benarkah Mandi Malam Menyebabkan Rematik? Ini Penjelasannya