Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hari Kusta Sedunia diperingati setiap 28 Januari dan pada 2023 mengambil tema "Kalahkan Kusta". Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2021 mencatat Indonesia berada di urutan ketiga negara dengan penderita kusta terbanyak di dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Spesialis dermatologi dan venereologi Willa Damayanti pun mengungkapkan cara membedakan bercak panu dan lepra atau penyakit kusta pada kulit secara sederhana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Panu biasanya seperti sisik halus, biasanya ada pemeriksaannya, kita bilang fingernail sign. Kalau kita kerok sedikit, biasanya dia akan bersisik kalau panu," katanya dalam diskusi tentang kusta, Selasa, 30 Januari 2024.
Kemudian, panu umumnya hanya ditemui pada daerah yang rentan berkeringat seperti area wajah atau badan yang lembap dan terkena sinar matahari sedangkan kusta bisa ditemukan di mana pun. Selain itu, kulit yang terkena panu tidak berkurang sensibilitasnya dalam meraba atau merasakan sentuhan. Berbeda dengan kusta yang hilang atau berkurang sensibilitasnya dalam meraba dan merasakan sentuhan hingga terjadi kelemahan otot pada titik tertentu.
"Bisa terjadi kelemahan otot. Makanya kalau mendeteksi biasanya ada pemeriksaan begitu pasien datang, kita lakukan beberapa pemeriksaan saraf. Biasanya ada enam nervus yang kita lihat atau enam saraf, baru kita nilai nanti mana saja yang terjadi penurunan atau kelemahan dari otot tersebut," ujar dokter di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta itu.
Kenali faktor risiko
Saat kusta bertambah parah, benjolan yang lebih besar bernama facies leonina (muka singa) bisa tumbuh di wajah. Ia mengatakan penyakit yang juga diketahui sebagai Morbus Hansen ini dapat menyerang siapa pun, baik anak-anak maupun dewasa. Namun, umumnya penyakit tersebut terjadi pada usia 25-35 tahun.
Sejumlah faktor risiko seperti lingkungan yang buruk, kondisi sosio-ekonomi yang rendah, serta rendahnya sistem imun tubuh meningkatkan risiko kusta. Meski demikian, Willa menyebut penyakit kusta dapat disembuhkan. Ia pun mengimbau masyarakat untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat bila mendapati sejumlah gejala dan ciri-ciri yang telah disebutkan karena dengan mengenali gejalanya sejak dini maka pengidap kusta dapat terobati dengan cepat dan tepat.
"Lalu, hentikan stigma negatif pada kusta karena penyakit ini terlihat dari luar jelas bentuknya, memang kadang agak menakutkan. Kalau kita enggak sama-sama memusnahkan, kusta akan terus ada," tuturnya.
Pilihan Editor: Perlunya Deteksi Dini Penyakit Kusta untuk Cegah Kecacatan