Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Persoalan malnutrisi di Indonesia masih menjadi tantangan dalam upaya membangun generasi yang berkualitas. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada balita di Indonesia mencapai 17,7 persen, sedangkan stunting mencapai 30,8 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Edukasi mengenai gizi sejak dini sangat penting dalam upaya menekan kasus malnutrisi pada anak. Pendapat itu disampaikan oleh pakar kesehatan anak Prof. Rini Sekartini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Hal itu menjadi sangat penting dalam rangka mencetak generasi penerus bangsa yang sehat dan berdampak pada peningkatan produktivitas dan kualitas sumber daya manusia di kemudian hari," kata Rini.
Dia mengatakan anak yang terlahir dengan gizi kurang akan tumbuh menjadi remaja dengan status kurang gizi dan berpotensi kembali melahirkan anak dengan kondisi gizi buruk. Mata rantai inilah yang mesti diputus dengan berbagai macam upaya.
"Definisi anak sejak dalam kandungan. Status gizi kurang pada ibu dan asupan makanan rendah gizi dapat berdampak pada proses kehamilan. Kondisi ini bisa menyebabkan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, prematur, dan meningkatkan risiko anak mengalami gizi kurang, gizi buruk, atau pun stunting," jelas Rini.
Kasus malnutrisi bukan hanya menjadi tumpuan dalam satu bidang saja. Edukasi gizi, sistem reproduksi, sanitasi, pola asuh hingga faktor ekonomi turut andil dalam upaya mengentaskan kasus malnutrisi di Indonesia. Bahkan, jika ditelaah lebih dalam, kasus malnutrisi sebuah siklus, di mana anak yang terlahir dengan gizi kurang akan tumbuh menjadi remaja dengan status kurang gizi dan berpotensi kembali melahirkan anak yang kurang gizi. Pada posisi ini, anak menjadi fase yang rentan terhadap kasus malnutrisi dan berpotensi berulang ke generasi berikutnya.
Rini sebagai peneliti utama SEANUTS menyebutkan pentingnya asupan beragam sumber gizi, termasuk protein hewani seperti daging, ikan, ayam, telur, dan susu dengan kandungan asam amino esensial yang bermanfaat untuk membantu mengoptimalkan tumbuh kembang anak, termasuk saat masih dalam kandungan.
"Protein sangat penting untuk mengganti sel-sel tubuh anak yang rusak, jadi anak harus menerima asupan protein itu minimal tiga kali sehari berikut dengan makanan pokok. Kualitas protein hewani juga lebih baik dan lebih mudah diserap oleh tubuh," katanya.