Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Cegah Kecanduan Gawai dengan Permainan Tradisional

Banyak efek negatif anak kecanduan gawai sehingga orang tua perlu memperkenalkan pada permainan tradisional yang baik bagi fisik dan psikis.

26 Agustus 2022 | 10.37 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sejumlah anak bermain permainan tradisional pada Festival Bocah Dolanan di Anagata Merapi, Sumbung, Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah, Jumat 22 Juli 2022. Selain untuk mengurai bermain gawai pada anak, gelar bocah dolanan yang diikuti anak-anak warga kaki Gunung Merapi itu bertujuan untuk mengenalkan permainan tradisional yang memiliki nilai kebersamaan dan kerja sama. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Semakin banyak anak kecanduan gawai, bahkan balita sekali pun. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta orang tua kembali memperkenalkan permainan tradisional guna mencegah anak kecanduan terhadap gawai seperti ponsel atau barang elektronik lain.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Mainan tradisional ini zaman saya seperti bakiak dan kelereng. Kini bagus sekali untuk mengembalikan permainan-permainan tradisional,” kata Ketua Tim Kerja Perilaku Ibu Hamil, Anak dan Remaja Kemenkes, Herawati.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia menuturkan adanya perubahan baru sejak pandemi COVID-19 membuat anak tidak memiliki pilihan selain menggunakan gawai dalam jangka waktu yang lebih lama. Tak jarang pula anak masih tetap memainkannya meski jam belajar secara daring sudah usai.

Tingginya waktu bermain gawai berdampak pada sifat anak yang cenderung lebih suka menyendiri dan mengubah anak menjadi ketergantungan atau yang biasa disebut dengan adiktif gawai.

“Anak jadi ketergantungan dan akhirnya bisa menjadi sibuk dengan gadget. Anak tidak memikirkan lingkungan sekitar, akhirnya pertumbuhan psikis, fisik, maupun sosial terganggu karena tidak mau secara otomatis berinteraksi dengan yang lainnya,” ucapnya.

Dengan hadirnya permainan tradisional seperti bakiak, gobak sodor, atau kelereng, anak dapat memiliki wadah bermain yang lebih menarik dan mengasyikkan. Permainan tradisional yang lebih mengutamakan keintiman dengan teman bermain dan memfokuskan anak untuk berpikir strategis dan membangun kerja sama tim membuat tumbuh kembang anak menjadi semakin optimal.

"Dengan permainan tradisional pula hubungan antara orang tua dan anak bisa semakin dekat karena akan banyak komunikasi yang terbangun sehingga anak merasa bahagia dan lebih senang untuk aktif bermain," katanya.

Dalam kesempatan itu, Herawati turut menyarankan apabila anak diharuskan menggunakan gawai maka ada baiknya orang tua membuat kesepakatan terkait berapa lama anak dapat menggunakannya.

"Hal itu bertujuan agar anak mengetahui tanggung jawab dan terhindar dari kecanduan. Orang tua juga perlu mengawasi apa saja fitur atau aplikasi yang dibuka oleh anak guna menghindari terjadinya penyelewengan dalam berselancar di internet," jelasnya.

Herawati berharap dengan tetap menjaga nilai budaya melalui permainan tradisional. Orang tua mau bekerja sama lebih memperhatikan anaknya sesibuk apapun agar jumlah anak yang ketagihan bermain gawai tidak meningkat secara signifikan.

“Itu PR bahwa kita harus mengawasi mereka supaya waktunya lebih lama untuk permainan bersama dengan teman-temannya,” ucapnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus