Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pernah merasa menyesal makan di sebuah restoran karena makanannya tidak enak dan harganya mahal? Hal tersebut sering dialami turis, terutama mereka yang traveling ke luar negeri. Bahkan orang pintar sekali pun bisa terjebak masuk ke restoran seperti ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penikmat kuiner yang sudah berpengalaman traveling ke berbagai negara membagian beberapa ciri restoran yang sebaiknya dihindari. Apa saja?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Promosi berlebihan
Jika pekerja atau pemilik restoran sampai ke jalanan untuk menarik pelanggan, itu bisa menjadi pertanda bahwa makanan di restorannya tidak disukai, kata Okan Kizilbayir, koki di The Ritz-Carlton Amelia Island.
Jared Hucks, koki-pemilik The Alden di Atlanta, juag setuju dengan hal tersebut.
"Saya menghindari tempat-tempat yang 'biasa' dengan menu dalam berbagai bahasa yang dipajang di depan restoran," katanya kepada Huffington Post.
2. Tempatnya luas
Pimpinan koki pastry Claudia Martinez mengatakan bahwa dia selalu waspada terhadap tempat-tempat makan berukuran besar di daerah yang sangat ramai turis. Biasanya restoran seperti ini terdapat di pusat kota.
"Saya ingin memastikan uang saya dibelanjakan untuk orang-orang yang bekerja keras untuk menyajikan masakan lokal mereka, bukan perusahaan massal atau tempat-tempat wisata yang membeli makanan yang sudah jadi," katanya.
3. Menu beragam
Jumlah sajian yang terlalu banyak yang melayani hampir setiap selera pelanggan adalah ciri lainnya, menurut ahli publisitas Taryn Scher. Ini berarti mereka tidak memiliki menu spesial.
4. Hidangan penutup setengah matang
Menurut saran para ahli, salah satu ciri restoran yang tidak memiliki makanan spesial bisa dilihat dari menu makanan penutupnya. Jadi, sebelum mulai memesan, lihat dulu menu dessert-nya.
Martinez mengatakan bahwa biasanya cheese cake klasik, kue lava cair, pai jeruk nipis, tidak dibuat sendiri. Mereka membelinya dari toko lain.
"Jika ada hidangan penutup yang dipajang atau di menu dengan gambar, atau papan nama luar yang menunjukkan hidangan penutup, terutama di restoran yang menampung lebih dari 200 orang, biasanya itu berarti hidangan tersebut disediakan oleh pembuat kue komersial," katanya.
5. Menjual suvenir
Jika pertama kali masuk dan disambut dengan barang suvenir, kemungkinan besar makanan bukanlah jualan utama, menurut Kizilbayir. jadi ada kemungkinan makanan itu dibuat seadanya atau dibeli dari tempat lain.
6. Terlalu ramai
Kerumunan yang luar biasa tidak selalu menjamin makanan di restoran itu enak. Sebaliknya, itu bisa jadi tanda bahwa ada tipu daya atau kerja sama dengan pemandu.
"Itulah siklus kehidupan: Turis datang ke kota. Mereka menunjukkan tempat-tempat bersejarah, museum, taman. Mereka mulai merasa lapar. Kemudian, pemandu wisata membawa bus penuh turis ke tempat yang terlihat menarik," katanya.
Ia mengatakan bahwa pemandu biasanya mendapatkan bagian dari harga yang dibayar oleh turis ke restoran. "Anda tidak dapat menyediakan makanan berkualitas baik untuk banyak orang pada saat yang sama," kata dia.
Pilihan Editor: Sorn, Restoran Peraih Tiga Bintang Michelin Pertama di Thailand