Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penyakit diare masih menjadi masalah utama di beberapa daerah di Indonesia. Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan Eni Gustina mengatakan, setiap tahun, 1,7 juta anak meninggal karena diare. Dengan mencuci tangan pakai sabun, kematian anak karena diare dapat dicegah.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2015, sekitar 520 ribu balita meninggal dalam setahun. “Kita menggaungkan cuci tangan pakai sabun karena dapat mencegah diare, meningkatkan kesehatan masyarakat, menurunkan kematian balita, dan meningkatkan kehadiran anak di sekolah,” katanya dalam acara temu media terkait dengan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia, Jumat, 13 Oktober 2017, di gedung Kementerian Kesehatan.
Baca: 3 Trik Melawan Diare yang Sering Menyerang Balita
Cuci tangan pakai air, kata Eni, hanya dapat membunuh 50 persen kuman. Bila cuci tangan menggunakan sabun, 80 persen kuman bisa mati. Kuman tersebut mati karena terdapat zat yang bersifat basa dalam sabun. Sebaiknya gunakan sabun cair daripada sabun batang. Sebab, sabun cair lebih terjaga kualitasnya. “Untuk sabun batang, jangan sampai terendam air karena air tersebut bisa menularkan penyakit,” ujarnya.
Baca: Diare dan Ingin Terus Makan Manis, Waspada Gejala Usus Bocor
Cuci tangan memakai sabun terlihat sepele, tapi itu sangat penting untuk di daerah terpencil. Di daerah terpencil, kasus diare masih tinggi. Karena itu, sosialisasi untuk membiasakan cuci tangan dengan sabun masih penting dilakukan untuk mencegah diare dan kematian pada anak. “Memang banyak tantangan dan hambatan untuk mensosialisasikan ini. Belum lagi dipengaruhi sosial, budaya, geografi, dan pendidikan,” ucapnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini