Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Dampak Panjang Resistensi Antimikroba pada Kesehatan dan Keuangan

Dokter anak menjelaskan resistensi antimikroba bisa berdampak panjang pada kesehatan dan keuangan dan ini sebabnya.

10 Desember 2024 | 17.25 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi antibiotik. Pexels/Pietro Jeng

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Resistensi antimikroba terjadi ketika bakteri menjadi kebal akibat penggunaan antibiotik yang tidak tepat. Bakteri seharusnya mati ketika terkena antibiotik. Namun penggunaan antibiotik yang tidak tepat menjadikannya kebal sehingga ia bisa tetap berkembang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketua Unit Kerja Koordinasi Infeksi Penyakit Tropik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof. Dr. dr. Edi Hartoyo, Sp.A (K), menjelaskan resistensi antimikroba bisa berdampak panjang pada kesehatan dan keuangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Risiko penyakit bertambah berat menjadi meningkat," kata Edi saat diskusi daring tentang resistensi mikroba, Selasa, 10 Desember 2024.

Resistensi bakteri terhadap antibiotik menyebabkan penyakit tidak kunjung sembuh meski pasien sudah minum obat. Ketika orang yang mengalami resistensi antimikroba menularkan penyakitnya kepada orang lain maka orang itu juga akan mengalami resistensi. 

Orang yang mengalami resistensi antimikroba tersebut bisa saja memerlukan antibiotik lainnya yang lebih kuat dan berharga lebih mahal. Akibat resistensi tersebut, maka biaya pengobatan menjadi lebih besar. Biaya juga bisa bertambah besar karena pasien perlu durasi pengobatan yang lebih lama.

"Lama pengobatan semakin panjang, jadi biaya juga bertambah," ujar Edi.

IDAI menegaskan orang harus berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi antibiotik. Dokter akan memeriksa apakah penyakit tersebut perlu diobati dengan antibiotik beserta jenis, dosis, dan cara konsumsi yang diperlukan.

Konsultasikan dengan dokter
Edi mengingatkan orang tua untuk berkonsultasi dengan dokter jika merasa anak perlu antibiotik dan tidak memberikannya pada anak tanpa resep dokter. Dokter akan memeriksa dan mempertimbangkan apakah anak perlu antibiotik agar sembuh.

"Kapan diberikan antibiotik adalah pertimbangan dokter, orang tua bisa berdiskusi," jelas Edi.

Dalam diskusi yang sama, Ketua Pengurus Pusat IDAI, Piprim Basarah Yanuarso, mengatakan resistensi antimikroba merupakan salah satu tantangan dunia kedokteran. Mengutip Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kondisi ini merupakan pandemi senyap.

Resistensi antimikroba bisa berdampak lebih rumit dan kritis pada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh belum sempurna sehingga rentan terkena infeksi, terutama pada usia di bawah 5 tahun. Resistensi antimikroba juga bisa meningkatkan angka kesakitan, bahkan kematian pada anak.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus