Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pakar infeksi dan penyakit tropis anak Hendri Wijaya menyatakan anak demam hanya perlu diberikan antibiotik saat dokter sudah mendiagnosis adanya infeksi bakteri dalam tubuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Antibiotik itu adalah satu item dari antimikroba, bahan yang ditujukan untuk membunuh mikroba atau makhluk hidup kecil seperti kuman, bakteri, jamur, atau virus. Pada kasus demam kalau penyebabnya infeksi bakteri maka perlu antibotik," ujar anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam siniar di media sosial Instagram IDAI dengan tema "Kapan Anak Demam Perlu Antibiotik?" itu, Rabu, 22 November 2023, ia juga menjelaskan pemberian obat antibiotik perlu disesuaikan dengan diagnosis dokter dan ketika anak demam. Jika waktu demamnya baru satu hari maka masih sulit menentukan antibiotik apa yang dibutuhkan.
"Indikasi penggunaan antibiotik itu tepat diagnosis, tepat dosis, tepat pilihan antibiotik, tepat durasi, tepat intervalnya. Tidak semua demam perlu antibiotik karena demam penyebabnya bisa infeksi dan noninfeksi," ujarnya.
Ia mencontohkan salah satu demam yang dapat muncul akibat penyakit noninfeksi adalah autoimun atau yang lebih dikenal dengan lupus sehingga juga butuh obat antibiotik yang berbeda.
"Kalau anak demam itu diskrining dulu, penyebabnya infeksi atau noninfeksi. Kalau infeksi apakah penyebabnya virus, bakteri, parasit, atau campur. Contoh parasit itu malaria, diidentikkan dengan menggigil. Kalau yang penyebabnya virus, paling umum yaitu dengue atau DBD. Sekarang dengue dibedakan juga ringan, sedang, atau berat," paparnya.
Ancaman resistensi antibiotik
Ia juga menekankan pentingnya penggunaan antibiotik secara bijak sesuai dosis yang telah ditentukan dokter mengingat dunia saat ini tengah menghadapi ancaman resistensi antimikroba.
"Dunia saat ini mengalami resistensi antimikroba yang sangat mengkhawatirkan. PadaKonferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 kemarin salah satu agendanya adalah melawan penyakit yang resisten karena sudah menjadi silent epidemi, tidak terasa tetapi bisa memberikan efek yang berbahaya," katanya.
Untuk itu, ia berpesan kepada tenaga kesehatan yang memiliki latar belakang pendidikan antimikroba agar dapat berperan mengedukasi masyarakat tentang antibiotik. "Tenaga kesehatan agar mengedukasi masyarakat sehingga bisa menggunakan antimikroba sesuai anjuran dokter. Perhatikan lamanya, interval pemberiannya, karena jika bisa diberikan dengan tepat, maka hasilnya akan baik," jelasnya.
Menurut Hendri, masyarakat saat ini juga masih membutuhkan antibiotik ke depan sedangkan kondisi yang terjadi yakni penemuan antibiotik baru sebagai terbatas. "Kita masih butuh antibiotik untuk ke depan. Penemuan antibiotik baru sudah sangat terbatas karena dianggap industri antibiotik itu sudah tidak menjanjikan lagi. Jadi sudah investasinya besar, setelah diproduksi untuk digunakan ternyata muncul resistensi antibiotik. Jadi, saya berpesan antibiotik yang sekarang itu kita gunakan secara bijak," imbaunya.