SEBUAH terobosan terjadi dalam upaya menaklukkan penyakit saraf Parkinson. Tim dokter Meksiko yang dipimpin dr. Ignacio Madrazo dan Rene Drucker-Colin, awal April lalu dikabarkan berhasil melakukan transplantasi sel kelenjar adrenal atau kelenjar anak ginjal keotak. Transplantasi yang pelik itu dilaporkan oleh New EnglandJournal of Medifine yang terbit di Amerika Serikat. Percobaan transplantasi itu dilakukan atas dua penderita Parkinson yang sudah tergolong berat. Laporan dari Universidad Nacional Autonoma, Mexico City -- tempat transplantasi dilakukan - menyebutkan berbagai kelainan saraf yang selama ini mengganggu penderita ternyata hilang. "Ini kemajuan dramatis yang meyakinkan," tulis Dr. Robert Y. More ahli saraf State University, New York, AS, "dan ini kenyataan yang mengejutkan." Parkinson, penyakit saraf yang ditemukan dr. James Parkinson di tanun 1817, selama lebih dari satu abad diliputi kabut misteri. Penyakit yang umumnya menyerang kaum tua ini cukup menakutkan. Soalnya, Parkinson menggerayangi tubuh diam-diam, sejak penderita berusia muda. Gejala awalnya baru muncul pada usia sekitar 50 tahun. Mula-mula ekspresi wajah seperti hilang, kemudian kedip mata juga berkurang, akhirnya tangan dan kaki bergetar berat tanpa bisa dikontrol. Dalam tahap berikut postur tubuh jadi membungkuk, dengan tangan menjepit pada sisi badan. Ketika berjalan, penderita bisa tiba-tiba terhuyung-huyung - seperti tersandung - tanpa sebab. Pada gangguan lanjut, penderita tidak lagi dapat menulis. Dan pada keadaan tegang, getaran-getaran tubuh mengguncang sangat hebat. Diktator Jerman Adolf Hitler ternyata menderita Parkinson. Itulah sebabnya ia senantiasa memegang tangan klnnya atau menyembunyikan tangan itu di belakang punggung bila berpidato. Petinju besar abad ini, Muhammad Ali, juga ketahuan menderita Parkinson. Belakangan ia sudah sulit bicara. Berbagai usaha penyembuhan telah dilakukan, tapi hasilnya tidak begitu menggembirakan . Penderita lain yang juga terkenal ialah bekas presiden AS Richard Nixon. Ia ketahuan menderita Parkinson sesudah "turun tahta" akibat skandal Watergate yang menghebohkan itu. Gangguan saraf menyerang kedua kakinya hingga kadang-kadang harus menggunakan kursi roda. Sejak ditemukan oleh James Parkinson, belum ada hasil penelitian yang membuat loncatan berarti. Semua dugaan tentang penyebab Parkinson belum dapat berdiri dengan teguh. Namun, ada juga kemajuan dalam meneliti pangkal penyakit ini. Kerusakan sudah diketahui terjadi pada sekelompok sel yang terletak dibagian atas batang otak (di sekitar bagian belakang kepala) yang disebut substansia nigra. Jaringan sel ini dikenal memproduksi zat dopamine. Belakangan diketahui dopamine adalah salah satu unsur nerotransmitter. Nerotransmitter adalah bagian sangat penting dalam susunan saraf. Zat inilah yang berfungsi merambatkan loncatan-loncatan listrik yang mengandung perintah dari sel satu ke sel lainnya. Maka, gangguan pada nerotrasmitter akan segera pula mengganggu kegiatan saraf. Dan inilah yang terjadi pada Parkinson. Kadar dopamine pada penderita Parkinson menyusut drastis. Akibatnya, komposisi nerotransmitter juga tidak utuh, dan pada akhirnya perambatan perintah pada sel-sel saraf terganggu. Pertolongan pada penderita Parkinson sementara ini hanya pemberian obat levodopa yang lebih dikenal sebagai L-dopa. Obat yang ditemukan pada tahun 1967 ini berfungsi menaikkan kadar dopamine walau jumlah peningkatannya sangat kecil. Tapi L-dopa menimbulkan berbagai dampak samping. Tidak hanya gangguan fisik tapi uga pslkis, seperti mimpi buruk. Penyebab kerusakan substansia nigra hingga kini masih dicari. Mulanya, ada dugaan bahwa Parkinson itu penyakit keturunan karena adanya kelainan genetik. Namun, belakangan, terbukti bukan. Pernah ditemukan Parkinson pada pasangan kembar satu telur. Yang seorang kena, sedangkan pasangannya tidak. Lalu timbul kecurigaan, jangan-jangan terjadi infeksi virus yang merusakkan kumpulan sel di substansia nigra. Asumsi ini dibangun karena gejala Parkinson mirip dengan penyakit saraf lain yang diakibatkan virus, misalnya ALS (amyotrophic lateral selerosis). Namun, hasil penelitian mutakhir yang dinilai paling mendekati kebenaran, menunjukkan kerusakan substansia nigra akibat keracunan kimiawi yang berasal dari reaksi obat-obatan. Ini bagian dari budaya obat bagi orang yang terlampau cepat menggunakan dan menelan terlalu banyak jenis obat. Universitas Stanford di Amerika Serikat tahun lalu menemukan zat yang diduga keras merusakkan kumpulan sel yang memproduksi dopamine. Zat itu 1-methyl-4-phenyl 2,2,3,6-tetrahydropyridine (MTPT). Dari pengamatan terhadap penderita Parkinson dan juga percobaan dengan binatang terlihat, MTPT memang membunuh sel-sel di substansia nigra satu per satu. Setelah penyebabnya mulai bisa didekati, kini usaha mengatasinya dengan transplantasi memberikan janji pula. Transplantasi yang dilakukan tim dokter Meksiko itu adalah bedah mikroskopis yang rumit. Yang dicangkokkan sel kelenjar anak ginjal yang diketahui memproduksi zat yang mirip dopamine. Sel-sel ini kemudian ditransplantasikan di permukaan sel-sel di otak. Kedua pasien yang mendapat terapi itu belum sampai 50 tahun - termasuk muda untuk penderita Parkinson. Sebelum transplantasi, serangan Parkinson pada kedua pasien sudah termasuk agresif. Yang satu lumpuh, yang lainnya mengalami getaran berat pada anggota badan. Sekitar sebulan sesudah transplantasi, getaran tubuh pada keduanya berhenti. Sepuluh bulan kemudian, keduanya sudah dapat berbicara dengan baik dan makan tanpa dibantu. Penderita yang lumpuh malah sudah mulai bisa berjalan. Kini tim dokter Meksiko itu sedang mencobakan penyembuhan Parkinson kepada enam penderita lagi. Menurut Dr. Robert. Y. More, di Cina teknik transplantasi itu juga sedang dicobakan. "Tapi semua ini masih harus melalui penelitian dalam skala yang lebih luas." kata ahli dari State University itu. "Terapi ini belum bisa dikatakan sudah tegak." Jim Supangkat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini