Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Demam? Jangan Anggap Enteng

Tak sampai sebulan, penyakit leptospirosis menyambar puluhan korban. Sembilan orang di antaranya meninggal. Betulkah penyakit yang muncul setelah banjir surut itu adalah penyakit baru yang misterius?

10 Maret 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AWALNYA cuma demam biasa. Selain pusing, mual, dan meriang, tak tampak tanda-tanda serius lainnya. Itu sebabnya Ikin Supandi, 54 tahun, tidak bergegas berobat ke dokter atau puskesmas. ?Ini kan cuma masuk angin. Minum obat flu dari warung tetangga sudah cukup,? kata warga kawasan Grogol di Jakarta Barat ini. Obat flu bebas itu ternyata tak cukup ampuh. Gejala masuk angin yang dirasakan Ikin awal Februari lalu terus menghebat. Tubuh bapak enam anak ini bertambah gering, nafsu makan hilang, dan otot-otot sekujur tubuhnya terasa nyeri. Sampai akhirnya, 4 Maret lalu, begitu berobat ke dokter, ia langsung diharuskan menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan, Jakarta Pusat. Nah, di Rumah Sakit Tarakan itulah misteri penyakit Ikin terungkap. Dia tak sekadar masuk angin, tetapi terserang penyakit leptospirosis. Saat TEMPO berkunjung ke rumah sakit itu, Rabu pekan lalu, kondisi Ikin sudah membaik meskipun ia masih harus diinfus dan tak boleh absen minum obat antibiotik. Ternyata bukan hanya Ikin yang menderita ?masuk angin aneh? itu. Sampai Jumat pekan lalu, Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat 28 korban leptospirosis. Beberapa di antaranya bahkan tak sanggup melawan penyakit itu. Tak sampai sebulan, penyakit ini ?berprestasi? merenggut nyawa sembilan orang korbannya. Segera saja keresahan menyebar di antara masyarakat Jakarta. Apa sih yang disebut penyakit leptospirosis? Disebabkan oleh bakteri Leptospira sp, penyakit itu tidak pilih-pilih mangsa. Bakteri superkecil itu bisa menjangkiti tikus, hewan ternak, serangga, juga manusia. Bakteri ini pun tak memandang umur sasaran. Korban di Jakarta, misalnya, punya rentang usia dari bayi berumur dua bulan sampai kakek 70 tahun. Hampir semua korban menghuni kampung yang kena gempuran banjir awal bulan lalu. Rumah Ikin, misalnya, tergenang air bah sekitar 40 sentimeter selama berhari-hari, yang membuat beberapa anggota keluarganya terserang flu dan muntaber. ?Cuma saya yang kena lepto, penyakit jenis baru ini,? kata Ikin. Betulkah leptospirosis penyakit baru? Ternyata tidak. Penyakit leptospirosis sudah sejak seabad silam dilaporkan muncul di kota-kota yang berdekatan dengan pantai. Berbagai kota di India, Thailand, Puerto Rico, dan Karibia dilaporkan menjadi langganan leptospirosis. Bahkan, tahun 1999, terjadi banjir di Bangkok yang disusul mewabahnya penyakit leptospirosis. Tak kurang dari 2.300 orang terkapar sakit dan 136 jiwa melayang karenanya. Indonesia pun bukan lahan baru bagi leptospirosis. Penyakit yang bersumber dari bakteri ini diketahui tersebar di Jakarta, Yogyakarta, Bali, sampai Sulawesi. Hanya, tingkat kejadiannya relatif jarang. ?Paling-paling satu-dua kasus dalam tiga bulan di sebuah wilayah,? kata Profesor Umar Fahmi Achmadi, Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan. Bagi Jakarta, irama normal lepto langsung berubah begitu banjir hebat menyerbu. Sampah yang menggunung, genangan air, lumpur, dan cairan pipis tikus campur aduk bertebaran di berbagai sudut kota. Tanpa disadari, sebagian air kemih tikus itu mengusung pasukan bakteri Leptospira sp. Maka, bersama percikan air banjir nan kotor, pasukan bakteri sukses menjangkiti manusia melalui kulit yang luka, mulut, dan cairan mukosa mata. Walhasil, kejadian leptospirosis pun langsung melonjak pesat. Umar Fahmi membenarkan, leptospirosis di Jakarta baru terdeteksi ketika lonjakannya sudah begitu dahsyat dan menelan korban jiwa. ?Ini kami namakan KLB atau kejadian luar biasa,? katanya. Lalu, mengapa sampai terjadi KLB? Apakah ini bersumber dari perubahan sifat atau mutasi genetis yang membuat Leptospira sp tambah ganas? Sayangnya, belum tersedia jawaban yang pasti. Umar Fahmi masih menunggu hasil riset komplet mengenai strain bakteri yang meresahkan Jakarta ini. Selain itu, Umar juga membantah anggapan bahwa KLB lepto muncul karena lambannya respons para dokter dan pejabat Departemen Kesehatan. Demam lepto memang muncul tanpa gejala awal yang khusus sehingga kerap disangka terserang flu biasa. Anggapan ini membuat kebanyakan pasien baru berobat ketika kondisi sudah payah, saat Leptospira sudah agresif mengacaukan fungsi ginjal, hati, jantung, paru, dan sistem saraf. Serangan ini antara lain ditandai dengan kulit yang kekuningan (jaundice) gara-gara cairan empedu yang bocor. Jika terus berlanjut, kondisi ini akan berujung pada kematian pasien. Padahal, menurut Parlindungan Siregar, ahli penyakit dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), leptospirosis adalah penyakit yang relatif gampang diusir. Antibiotik murah meriah seperti tetrasiklin, penisilin, dan streptomisin cukup ampuh mengobati leptospirosis. Syaratnya, antibiotik harus diberikan sejak awal pasien merasa demam. Memang, Parlin mengakui, gejala awal demam lepto hampir serupa dengan flu biasa. Namun, setidaknya ada satu tanda yang cukup khas. ?Demam lepto disertai nyeri otot yang amat sangat, terutama di daerah betis,? kata Parlin, yang kini berpraktek di Rumah Sakit Siloam Gleneagles, Jakarta. Jadi, Parlin mengingatkan agar demam jangan dianggap enteng, apalagi jika diiringi nyeri otot yang hebat. Mardiyah Chamim dan Iwan Setiawan -------------------------------------------------------------------------------- Menangkal Infeksi Lepto Banjir memang telah surut. Namun, kesusahan lain telah mengintip. Bila saat ini Anda masih punya acara bersih-bersih rumah, sebaiknya berhati-hati dengan bakteri bernama cantik: Leptospira sp. Ditularkan melalui pipis tikus, dan juga serangga atau ternak, bakteri yang ukurannya sangat kecil sehingga hanya bisa terlihat lewat mikroskop khusus itu sanggup menghilangkan nyawa orang yang terinfeksi dan tak segera mendapat pengobatan. Hewan yang tercemar bakteri itu sendiri tak perlu sakit. Namun, bakteri yang dibawanya mampu bertahan hidup di air tawar sampai sebulan dan akan menebarkan maut begitu berhasil masuk ke tubuh manusia lewat air kemih tikus. Agar tak sampai terserang demam lepto, perlu kiat untuk menangkalnya. Berikut ini beberapa kiat menangkal demam lepto, yang disarikan dari berbagai sumber.
  1. Sedapat mungkin hindari kontak langsung dengan air kotor dari genangan banjir. Gunakan sepatu bot dan sarung tangan karet jika harus membersihkan selokan, memberantas sarang tikus, atau menyembelih hewan ternak. Tutuplah luka dan lecet di kulit tangan dan kaki dengan menggunakan plastik isolasi yang tahan air.
  2. Periksalah hewan piaraan Anda. Hewan yang telah terinfeksi bakteri perlu segera diobati dengan antibiotik. Piaraan yang sehat walafiat perlu disuntik vaksin agar demam lepto tidak meluas.
  3. Cuci tangan dengan sabun sebelum makan. Jika dirasakan perlu, amankan terlebih dahulu air mandi dengan tablet pembersih air Aquatab dan kaporit.
  4. Pastikan kebersihan sayur, buah, dan segala jenis bahan makanan, terutama yang disimpan di gudang yang lembap.
  5. Wadah dan kemasan makanan juga layak disoroti. Pernah dilaporkan, seorang pasien di Amerika Serikat meninggal setelah menenggak minuman ringan bersoda kemasan kaleng. Setelah diselidiki, ketahuan bahwa bagian atas kaleng tercemar air seni tikus yang membawa bakteri Leptospira sp.
  6. Tetap waspada, meskipun banjir sudah surut. Soalnya, bakteri Leptospira sp masih sanggup bertahan hidup di air tawar sekitar satu bulan. Seperti perkiraan para ahli, Jakarta tetap rawan banjir sampai Maret 2002. Karena itu, aksi pasukan kuman Leptospira kemungkinan terus mewarnai Jakarta sampai April nanti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus