Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kenaikan jumlah pasien Covid-19 di seluruh dunia diiringi dengan berbagai pencarian obat untuk mengatasinya. Jika sebelumnya banyak yang membicarakan soal favipiravir dan klorokuin, kini penelitian terbaru menunjukkan keefektifitasan penggunaan obat generik dexamethasone.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir dari situs Reuters, sebuah studi terbaru yang dikerjakan oleh Universitas Oxford menunjukkan bahwa dexamethasone dapat mengurangi jumlah kematian pada pasien Covid-19 parah yang dirawat rumah sakit. Hal tersebut dibuktikan dari uji klinis kepada lebih dari dua ribu pasien.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada tahap awal, para peneliti menggunakan dexamethasone dosis rendah secara oral dan lewat infus selama 28 hari. Hasilnya, obat tersebut berhasil mengurangi risiko kematian hingga 35 persen pada pasien dengan bantuan ventilator dan hingga 20 persen pada pasien yang butuh asupan oksigen.
Terlepas dari kemampuannya untuk mengatasi kematian dini pada pasien Covid-19 dengan kondisi parah, obat apakah sebenarnya dexamethasone itu? Melansir dari situs Health Line, dexamethasone adalah obat yang umumnya digunakan untuk mengurangi inflamasi pada sejumlah penyakit seperti alergi, asma, eksim, dan radang sendi.
Adapun penggunaannya harus didasarkan oleh resep dokter. Sebab, ada beberapa efek samping yang ditimbulkan jika penggunaannya dilakukan secara bebas terlebih dengan dosis tinggi, jadwal tak beraturan dan memiliki riwayat penyakit penyerta lain sebelumnya.
Dampak yang dimaksudkan termasuk mual, muntah, sakit perut, pembengkakan (edema), sakit kepala, sulit tidur, perubahan suasana hati, darah pada urine dan tinja, detak jantung tak beraturan hingga pengeroposan tulang. Beberapa efek yang lebih serius seperti gagal jantung kongestif hingga ketidakcukupan adrenal juga bisa dialami.
Jadi, konsultasikan kepada dokter sebelum mengkonsumsinya.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA | REUTERS | HEALTHLINE