Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Diet bisa berarti mandul

Para peneliti di institut Max Planck, Munich, Jerman Barat menemukan bahwa diet penurun berat bisa mengganggu suplai beberapa hormon yang sangat penting bagi pembuahan & pembentukan janin dalam kandungan.

13 Februari 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEJAK Jane Fonda sukses dengan kampanye "tubuh langsing", gemuk pun dianggap bencana. Untuk wanita Rusia setengah baya yang umumnya tanpa potongan, kini TV Soviet menghidangkan acara latihan senam. Sedangkan Lady Di -- yang langsing semampai itu -- pernah berusaha agar lebih langsing, hingga pers mengisukan dia terkena penyakit anorexia nervosa. Memang tidak sedikit perempuan yang mabuk langsing, hingga mereka berlomba menurunkan berat badan dengan diet dan olah raga. Sementara itu, penelitian mutakhir justru menunjukkan, diet untuk menurunkan berat bisa menyebabkan kemandulan. Apa hubungannya? Para peneliti di Institut Max Planck Munich, Jerman Barat, menemukan bahwa diet penurun berat bisa mengganggu suplai beberapa hormon yang sangat penting bagi pembuahan dan pembentukan janin dalam kandungan. Menurut Profesor Karl Martin Pirke, pemimpin tim peneliti itu, tes dilakukan pada 62 wanita berusia 18 sampai 30 tahun - khusus untuk menemukan efek diet pada daur haid mereka. Pada akhir penelitian diketahui, lebih dari separuh wanita itu ditimpa gangguan hormonal yang menyulitkan terjadinya pembuahan. "Efek ini lebih jelas pada wanita muda usia," kata Pirke. Ini kejutan tentu saja, sebab selama ini hampir tak ada dokter yang menghubungkan kesulitan hamil dengan diet wanita. Dampak dari diet sebetulnya bergantung pula pada umur mereka, jumlah bobot yang hilang, dan apakah mereka berdiet ala vegetarian (tidak makan daging) atau diet campuran. Ke-62 wanita yang diteliti terbagi beberapa kelompok: 65% telah mengikuti satu jenis diet penurun berat, 20% melakukan lebih dari 4 jenis diet, dan 5% mencoba lebih dari 15 macam diet. Tak dijelaskan bagaimana yang 10% sisanya. Tim juga meneliti 62 wanita lain, dengan umur yang sama sebagai kontrol. Kelompok kontrol ini tidak berdiet sama sekali. Kepada kedua kelompok tadi dilakukan tes darah harian, selama dua siklus haid mereka. Pada siklus pertama - yang lamanya berkisar antara 28 hari - mereka menerima diet yang mengandung 2.000 kalori sehari. Hasilnya, tak terjadi gangguan hormonal. Pada fase kedua, nutrisi mereka dikurangi 1.000 kalori sehari, dengan target: berat berkurang satu kilo tiap seminggu. "Dalam fase dengan 1.000 kalori itu, 37 wanita mengalami gangguan hormonal," ujar Pirke. Sebenarnya, terjadi dua jenis gangguan dengan frekuensi yang hampir sama. Pertama, terjadinya penurunan kadar hormon estradiol, yang disertai terjadinya siklus haid tanpa telur (menstruasi anovalotoar). Karena tak terjadi pelepasan telur (ovulasi) dari sarangnya, maka pembentukan sarang telur jadi corpus luteum terhambat. Padahal, corpus luteum ini berperan penting dalam menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi "menyiapkan" rahim, untuk menyimpan hasil pembuahan. Sementara itu, juga terjadi penurunan kadar hormon progesteron secara langsung, dan ini memperburuk gangguan hormonal tadi. Penelitian juga mencatat bahwa gangguan hormonal karena diet lebih sering terjadi pada mereka yang di bawah usia 24 tahun, ketimbang mereka yang berumur 25-30 tahun. "Semakin muda ibu, semakin besar pengaruh diet pada gangguan hormonal tadi," kata Pirke. Tak hanya itu. Pirke juga mencatat gangguan hormonal ikut menanjak sesuai dengan makin banyaknya berat yang hilang. Juga komposisi diet ikut berperan. Dengan angka kehilangan bobot yang sama, seorang vegetarian (yang hanya makan sayur), tampak lebih sering mengalami gangguan, ketimbang yang berdiet dengan (makan) daging. Kebanyakan wanita punya siklus haid yang normal, tapi beberapa wanita tidak, atau mengalami menstruasi anovalotoar. Nah, "Kedua kelompok terakhir ini jelas lebih mudah dipengaruhi diet, " kata Pirke seperti dimuat dalam jurnal kedokteran AS, Fertility and Sterility, Januari lalu. Syafiq Basri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus