Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Dikira tumor,rupanya hamil

Seorang dokter salah mendiagnosa. pasiennya telanjur dioperasi.

8 Agustus 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NAMANYA manusia, walau sudah menuntut ilmu sampai ke Negeri Cina, misalnya,sesekali terpeleset juga. Ini dialami Pandu Setiawan, 40 tahun. Ahli kandunganitu salah mendiagnosa. Ketika Pandu membedah perut Sularsih, Rabu dua pekan lampau, yang ditemukannya bukan tumor melainkan rahim yang berisi janin berusia sekitar tujuh bulan. Pandu menutup sayatan tadi, sehingga kesehatan pasiennya yangberusia 40 tahun itu dan si bayi selamat. Peristiwa di RS Bhayangkari, Tulungagung, Jawa Timur, itu diberitakan sebuah harian sore di Surabaya dengan menyebutkan Sularsih akan menuntut Rp 100 juta. Rencana menuntut disangkal suami Sularsih, Sarjuli penduduk Desa Domasan, Kecamatan Kalidawir, Tulungagung. "Kulo niki ngertos nopo kok badenuntut nuntut ngoten. Pokoke, istri kulo mantun," ujar petani jeruk itu. Maksudnya, "Saya ini tahu apa. Pokoknya istri saya sembuh." Lain lagi Pandu. Sejak pekan silam dokter ini sibuk menghadapi "pemeriksaan" oleh wartawan, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), bahkan bupati. "Saya apes. Seminggu ini saya sampai tidak bisa tidur," katanya kepada K.Chandra Negara dari TEMPO. Prosedur pemeriksaan, menurut Pandu, sudah dilakukan dengan benar. Tahap awal ia melakukan tanya jawab dengan pasien. Sularsih yang bertubuh sedang dan ketika itu beratnya sekitar 50 kg mengaku sudah punya seorang anak yang kini berusia 21 tahun. Dari wawancara itu Pandu menyimpulkan Sularsih tidak mungkin hamil. Toh alumni FK Universitas Airlangga, Surabaya, itu tak puas. Ia juga melakukan pemeriksaan fisik dengan meraba perut pasien dan mendengarkan detak jantung dan gerak janin dengan alat funandoscope. Detak dan gerak janin tidak teraba. Kemudian Pandu meraba rahim lewat vagina (vaginal toucher). Hasilnya sama, tak ada tanda kehamilan. Apalagi ketika laboratorium RS Bhayangkara menunjukkan hasil tes urine negatif, makin kuat dugaan bahwa yang membuat perut Sularsih membuncit adalah tumor kandungan. Sularsih dioperasi di RS Bhayangkara. Setelah kejadian salah diagnosa itu, Sularsih dipindahkan ke RS Bersalin Tri Pantris, yang dikepalai Pandu sendiri. ia berjanji akan merawat persalinan Sularsih dan merawat bayinya. Di dunia kedokteran kesalahan diagnosis seperti menimpa Pandu, menurut Prof. Prayitno Prabowo, adalah kejadian yang manusiawi. "Jangankan Pandu yang muda,saya juga bisa melakukan kesalahan serupa," kata ahli kebidanan dan kandungan di RS Dr. Soetomo Surabaya itu. Prayitno membenarkan tindakan Pandu membedah perut Sularsih. Apalagi ketika diperiksa, Sularsih mengaku masih menstruasi. "Tidak mungkin wanita hamil mengalami menstruasi. Itu jelas penyakit," kata Prayitno. Untuk mencari tahu penyakit yang diderita atau mengobati penyakit yang ditemukan, menurut Prayitno, dokter kandungan boleh membedah perut pasien. Dan soal hasil tes urine yang negatif, itu mungkin terjadi karena keteledoran petugas laboratorium. Atau karena reagen yang digunakan kurang sensitif, sehingga luput mendeteksi tanda kehamilan. Metode paling akurat mendeteksi kehamilan adalah dengan ultra sonografi (USG). Tentang detak jantung janin yang tidak terdengar, itu bisa terjadi karena tubuh pasien gemuk atau pendengaran si dokter terganggu. Karena itu, menurut Ketua IDI Tulungagung, Dokter Laitupa Abdul Muthalib, tindakan Pandu itu bukan mal praktek. "Saya juga sudah memeriksa medical record. Tidak ada kejanggalan," katanya. Orang boleh ribut soal salah diagnosa. Tapi, akibatnya bagi Sularsih, penjual bubur yang senang main kasti itu, kini enggan keluar rumah. Rumahnya terkunci. "Ia malu karena sudah terlalu tua untuk hamil lagi," kata adiknya, Nyonya Sufiah. Sri Pudyastuti R

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus