Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis rehabilitasi medik Luh Karunia Wahyuni mengatakan pencegahan kusta penting dilakukan untuk mengendalikan penularan penyakit yang disebabkan bakteri Mycobacterium leprae itu. Pencegahan harus dilakukan sejak awal karena penyakit kusta selain bersifat kronis juga memiliki gejala utama menyerang saraf tepi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Setelah dipelajari masalahnya bukan penyakit sendiri, itu sudah ada tantangan pengobatan. Tapi kita harus memikirkan pencegahan, kalau ada deformitas (perubahan bentuk atau kerusakan pada bagian tubuh) kita harus mencegah lagi,” ujar Wahyuni dalam webinar, Selasa, 4 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Serangan bakteri pada saraf tepi berimbas tak adanya sensasi rangsangan seperti tidak mampu merasakan suhu, tekanan rasa sakit atau disebut mati rasa di sejumlah bagian tubuh, misalnya mata, tangan, wajah hingga kaki.
“Misalnya pasien banyak luka di telapak kaki, tidak merasakan ada luka. Tentu ada infeksi berikutnya dan jangan lupa misalnya ternyata pasien merokok, ada diabetes, dan lambat laun tergesek, tertekan terus, tergesek terus tidak merasakan apapun. Lama-lama tulangnya menjadi kontraktur (kaku), sendi jadi tak bisa digerakkan, lambat laun karena lemah jadi respons tulangnya bisa lepas, itu yang ditakutkan,” jelasnya.
Perbaiki kerusakan akibat bakteri
Dengan kondisi seperti itu maka tak hanya penyembuhan dari bakteri penyebab kusta namun juga perlu penyembuhan melalui rehabilitasi medik, yang patut dilakukan untuk memperbaiki kerusakan lain akibat serangan awal bakteri. Mati rasa di sejumlah bagian tubuh yang menjadikannya kaku serta kurang merespons sejumlah rangsangan dapat diobati melalui rehabilitasi medik. Gangguan di sejumlah bagian tubuh tersebut bisa mengganggu aktivitas sehari-hari seperti kemampuan tangan menggenggam, kaki menapak, dan lainnya.
“Itulah pentingnya ada tindakan rehabilitasi, dampak-dampak ikutannya itu sudah ada dari awal, harus diobati,” tuturnya.
Ia meminta berbagai pihak untuk bersama-sama mengeliminasi kusta melalui pencegahan serta mengidentifikasi gejala awal penyakit. Terlebih di sejumlah wilayah diakuinya masih terdapat kantong-kantong atau daerah yang menjadi endemik kusta yang belum dapat teratasi, yang menyebabkan Indonesia masuk dalam jajaran nomor tiga negara dengan penyakit kusta terbesar.
"Kemudian sering kali berada di wilayah yang memang ada kantong-kantong di Indonesia yang harus diakui belum bisa kita tuntaskan. Indonesia masih nomor tiga di dunia yang belum teratasi sehingga ini jadi tantangan untuk mengatasi," jelasnya.