Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perhatikan setiap perubahan pada anak, bisa jadi itu merupakan tanda ia terkena gangguan ginjal akut. Spesialis anak Yogi Prawira mengatakan gangguan perilaku pada anak bisa menjadi gejala awal gangguan ginjal akut. Gangguan ginjal yang terjadi secara akut atau mendadak pada anak usia di bawah 5 tahun merupakan stadium terakhir dari serangkaian gejala yang telah dirasakan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Gejalanya kadang dimulai pada gangguan perilaku anak yang mungkin lebih banyak tidur, kadang ada yang napasnya semakin cepat, setelah itu baru dia mengalami gangguan ginjal akut," ucapnya dalam media briefing Tim Gabungan Pencari Fakta Gangguan Ginjal Akut yang digelar Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) Jakarta, Rabu, 9 November 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sesuai kesepakatan dalam profesi kedokteran juga sudah dipastikan cemaran etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) pada sediaan obat sirup anak merupakan penyebab utama terjadinya kasus ini.
"Saat ini teman-teman dari profesi juga sudah sepakat ini mengerucut ke satu sebab utama yaitu intoksifikasi EG dan DEG," kata Yogi.
Obat sirup
Intoksifikasi etilen glikol dan dietilen glikol menyebabkan frekuensi buang air kecil anak berkurang drastis. Secara prinsip, gangguan ginjal akut pada anak ada banyak penyebabnya dan itu sudah terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama. Namun, yang berbeda adalah dalam kasus ini terjadi lonjakan tinggi dalam hitungan bulan dan berbeda dengan kasus-kasus gangguan ginjal akut sebelumnya.
"Sebelumnya sudah jelas penyebabnya karena penyakit tertentu, ada perjalanannya. Ini ada sesuatu yang sifatnya tiba-tiba kemudian progresif, begitu dia kena akan memburuk dengan cepat," jelasnya.
Untuk menekan angka lonjakan kasus gangguan ginjal akut, pemerintah mengupayakan antidot atau obat penawar di rumah sakit rujukan untuk diberikan pada penderita dan mengalami gejala intoksifikasi ED dan DEG. Anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini juga ingin mengedukasi para orang tua untuk tidak memberikan obat sirup pada anak yang sudah disimpan lama atau yang dibeli sendiri.
"Jadi untuk saat ini, yang mana kita sangat curiga ED dan DEG itu ada kontaminan dalam sediaan sirup maka sebaiknya tidak menggunakan sediaan sirup secara bebas," ucapnya.