Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Waspada Gangguan Ginjal Akut, Pantau Pola Kencing Anak secara Berkala

Pakar menyarankan orang tua memantau pola kencing anak secara berkala sebagai langkah antisipasi dini gangguan ginjal akut.

4 November 2022 | 14.14 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Data Kementerian Kesehatan menyebut angka kesembuhan pasien gangguan ginjal akut progresif atipikal terus bertambah. Pada 31 Oktober 2022, ada 99 pasien dinyatakan sembuh atau setara 33 persen dari total 304 kasus gangguan ginjal akut. Angka kesembuhan itu lebih tinggi dibandingkan data pada 26 Oktober 2022, sebanyak 39 pasien dinyatakan sembuh atau setara 20 persen. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kementerian Kesehatan telah mengambil kebijakan antisipatif guna menekan angka kesakitan dan kematian akibat gangguan ginjal akut di Indonesia, salah satunya mendatangkan ratusan vial obat antidotum Fomepizole injeksi dari Singapura, Australia, Kanada, dan Jepang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sementara itu, spesialis anak konsultan nefrologi Henny Adriani Puspitasari menyarankan orang tua memantau pola kencing anak secara berkala sebagai langkah antisipasi dini gangguan ginjal akut progresif atipikal yang menyerang anak di bawah 5 tahun.

"Orang tua bisa perhatikan produksi air seni anak. Jadi, bagaimana pola kemihnya, apakah frekuensinya itu berkurang sehari-hari, kemudian apakah jumlahnya berkurang secara mendadak? Karena itu kuncinya kalau gangguan ginjal akut harus mendadak," ujarnya.

Perhatikan pola kencing
Henny menuturkan setiap anak mungkin memiliki pola kencing yang berbeda. Tetapi umumnya anak-anak, terutama bayi, bisa kencing sedikitnya 20 kali sehari.

"Orang tua bisa memperhatikan indikator yang tertera pada popok yang anak pakai untuk mengetahui kencing mereka," sarannya.

Apabila 2-3 jam, terutama siang hari, orang tua melihat anak tidak kencing maka langkah yang harus dilakukan adalah memberikan minum dan meraba perut anak untuk merangsang keluarnya air seni. Menurutnya, jika usai diberi minum dan diraba perutnya bisa mengeluarkan air kencing, maka anak dalam kondisi sehat.

"Kalau enggak coba orang tua lihat lagi 3 jam kemudian atau 6 jam. Kalau enggak keluar juga kencingnya, coba diingat-ingat lagi apa yang terjadi, apa anaknya muntah mungkin, atau ada diare, sehingga kurang cairan. Kalau memang meragukan sekali bawa ke fasilitas kesehatan terdekat," imbau Henny.

Ia menjelaskan apabila saat malam hari anak kurang kencing, itu karena ada hormon yang mengatur supaya mereka tidak sering bangun pada malam hari. Jika malam saat anak tidur sampai bangun pagi kondisi popok masih tetap kering, itu bukan berarti tidak normal karena hal itu sangat bergantung pola kemih.

"Kalau dari segi jumlah, secara patokan kasar kita menggunakan 1 sampai 2 mililiter per kilogram per jam. Jadi, kita bisa konversi berapa banyak anak-anak kita pipis berdasarkan berat badan," kata Henny.

Selain intensitas kencing dan volume air seni, orang tua juga harus mewaspadai warna urine. Jika warnanya pekat, itu artinya anak kurang minum. Bila melihat warna kemerahan atau keluar butiran-butiran berbentuk kristal, pasir, dan warna pekat kehitaman, itu adalah tanda bahaya. Orang tua harus membawa anak ke fasilitas kesehatan terdekat.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus