Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Gula stevia sedang marak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Mereka menganggap bahwa ini baik untuk menjaga kadar gula dalam darah dan cocok bagi pasien diabetes. Namun, benarkah demikian?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sekretaris Jenderal PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) Em Yunir membenarkannya. Ia mengatakan bahwa stevia termasuk sebagai pemanis alami bebas kalori yang berasal dari daun tanaman stevia rebaudiana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Stevia umumnya banyak ditemukan di negara bunga sakura alias Jepang. “Berbagai penelitian telah membuktikan jika stevia bisa menjaga gula dalam darah karena nol kalori,” katanya dalam acara media gathering di Kementerian Kesehatan Jakarta pada Senin, 11 November 2019.
Mengenai spesifikasi dari stevia, dokter Em Yunir mengatakan bahwa ini tidak termasuk dalam jenis gula apapun. Seperti yang diketahui, gula terbagi menjadi tiga yakni monosakarida (gula pasir dan gula aren), disakarida (buah-buahan), polisakarida (nasi, roti, mie, ketela). “Kalau stevia, dia tak tergolong sebagai gula apapun. Karena kerjanya sebagai ilusi di lidah saja,” ungkapnya.
Ilusi di lidah yang dimaksudkan Em Yunir ini berarti, stevia bekerja dengan cara merangsang reseptor manis layaknya sakarin. Dengan demikian, seseorang sudah merasakan sesuatu yang manis padahal dipancing dengan bahan bukan pemanis. “Jadi kita merasa di lidah ada glukosa. Padahal ekstrak tumbuhan stevia yang bukan gula yang mengerjakan,” jelasnya.
Em Yunir pun menyarankan agar para pasien diabetes atau siapapun yang ingin menjaga gula darah untuk beralih dari gula biasa kepada stevia. “Gula rendah kalori sekalipun sebenarnya tidak baik karena namanya gula pasti tetap berkalori dan membahayakan. Sekarang pilih yang bukan gula tapi rasa manis saja, stevia,” tutupnya.