YANTI Wijaya, 60 tahun, sampai Kamis pekan lalu masih tidak sanggup berjalan lebih dari 20 langkah. Kecuali jika ditatih. Dan biasanya, sesudah melangkah sejauh itu, Yanti akan terengah-engah. Sering pula terbatuk-batuk, hingga dadanya nyeri. Dokter pernah bilang, paru-parunya basah. Nyaris selama sebulan, ia harus dirawat di RS Cipto Mangunkusumo, lalu berlanjut ke RS Carolus, Jakarta. Otot-otot jantungnya memang sangat lemah. Hari-harinya, sampai pekan lalu itu, berlalu hampir tanpa senyum. Setelah menemui Samson Jumat pekan lalu, ia sudah bisa berjalan lebih jauh, dengan tersenyum. Samson, 36 tahun, dengan rambut yang hampir semuanya memutih, adalah seorang pria Filipina yang sanggup menaklukkan berbagai penyakit. Nama lengkapnya Samson Choa Kok Sui. Hebat dia memang, apalagi pengobatan itu dilakukannya hanya dengan mengarahkan telapak tangannya atau jari-jarinya ke tempat yang sakit. Tanpa menyentuh tubuh pasien. Yang dilakukan Samson adalah penyembuhan dengan prana, sesuai dengan buku yang sudah ditulisnya, The Ancient Science and Art of Pranic Healing (1983). Buku ini baru selesai diterjemahkan ke bahasa Indonesia, dan kini sedang dalam proses penerjemahan ke bahasa Jerman serta Rusia. Sabtu lalu ceramah di hadapan ratusan hadirin di kantor Koni Pusat, Senayan, Jakarta, sebagai bagian dari Seminar Tenaga Dalam III yang diselenggarakan tabloid Bola. Hubungan penyembuhan prana dan tenaga dalam, kalaupun ada, tidak langsung. Keduanya sama-sama yakin, setiap manusia memiliki tenaga vital, bahasa Cinanya qi (baca: ch'i). Menurut Indra Gunawan, seorang pegawai Gramedia yang sempat berkursus pada Samson di Manila, "Tenaga prana dalam penyembuhan Pak Choa dasarnya sama dengan qigong." Qigong (baca: ch'i-kung, seni bernapas dari tradisi 3.000 tahun di Cina) bisa merupakan terapi untuk pelbagai penyakit, termasuk kanker. Jika qigong dilakukan sendiri, pada penyembuhan prana pasien boleh pasif. Yang aktif ahlinya, karena hanya dalam tingkat latihan tertentu seseorang bisa melakukan penyembuhan diri sendiri. Setiap makhluk hidup memiliki aura -- getaran hayati. Memancar sebagai medan energi cahaya, melingkari tubuh. Tak kasat mata, tapi teknik fotografi Kirlian dari Rusia sudah mampu membuktikannya. Kata Samson, prana yang mengalir melalui aura itu bersumber dari luar tubuh, bukan seperti qigong, yang bisa dari dalam maupun luar. Ada tiga sumber prana, yakni matahari, udara, dan bumi. Dalam bahasa Yunani, prana atau qi itu disebut pneuma, bahasa Polinesia mana, atau Yahudi rah. Prana bukan klenik. Semua orang bisa melatih diri untuk itu. "Dan saya tidak bermaksud menggantikan ilmu kedokteran. Upaya penyembuhan ini saya anggap sebagai komplementari," tutur Samson lagi. Ia juga tidak mengklaim teknik penyembuhan ini sebagai hasil penemuannya. Samson sarjana teknik kimia, yang juga menyandang gelar M.B.A. dari Asian Institute of Management di Manila. Sehari-hari dia manajer perusahaan keluarga, yang bergerak di bidang perkebunan dan industri karet. Kegiatan penyembuhan ini sudah berlangsung sejak delapan tahun lalu. "Semacam hobi," ujarnya merendah. Namun, dasar-dasarnya sudah ia tekuni lebih dari 20 tahun lalu. Ia sudah belajar qigong, mistik, teologi, dan yoga. Sempat pula menyerap pengetahuan dari Salib Mawar (organisasi kegiatan penyembuhan yang cukup populer di AS). Maka, tidak aneh jika ada dokter yang Ahad kemarin selama seharian hadir pula dalam program latihan yang diberikan Samson di Gedung Perintis, Jakarta. Seorang di antaranya bahkan bisa disembuhkan dari arthritis (radang sendi) yang menyergap lututnya. Mohamad Cholid
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini