Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Hari Trauma Sedunia diperingati setiap 17 Oktober. Hari tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran mengenai trauma, faktor-faktor yang menyebabkannya, gejalanya, serta upaya pencegahannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Trauma merujuk pada respons emosional terhadap kejadian-kejadian seperti kecelakaan, cedera, kekerasan fisik, pemerkosaan, bencana alam, atau insiden lain yang dapat mempengaruhi individu baik secara fisik maupun psikis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Maksud utama dari perayaan Hari Trauma Sedunia adalah memberikan edukasi kepada masyarakat tentang sejarah dan konsekuensi trauma sembari menggalakkan strategi perawatan dan tindakan pencegahan terhadap trauma.
Dilansir dari Observer Voice, European Society for Trauma and Emergency Surgery (ESTES) pertama kali menginisiasi Hari Trauma Sedunia sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran tentang dampak trauma dan efektivitas perawatan yang diberikan terhadap trauma.
Hari Trauma Sedunia pertama kali dirayakan pada 17 Oktober 2011. Sejak saat itu, tanggal ini telah mendapatkan pengakuan secara internasional sebagai momen reflektif yang digunakan untuk menyoroti betapa pentingnya pencegahan cedera, pemberian perawatan trauma yang cepat dan sesuai, serta pengelolaan keseluruhan kasus cedera traumatis.
Hari Trauma Sedunia dicetuskan sebagai respons terhadap pengakuan yang semakin meningkat akan dampak global dari trauma. Dalam trauma, cedera memainkan peran signifikan dalam beban penyakit global dan tingkat kematian.
Tujuan dari hari ini adalah untuk menekankan kebutuhan akan strategi pencegahan trauma yang lebih efektif, perbaikan dalam sistem respons darurat, dan ketersediaan fasilitas perawatan trauma berkualitas tinggi.
Tanda Orang Belum Sembuh dari Trauma
1. Punya keinginan untuk bunuh diri
Dilansir dari Times of India, salah satu tanda orang belum sembuh dari trauma adalah terus merasa kewalahan dan punya keinginan untuk bunuh diri. Salah satu perasaan yang umum adalah sering merasa putus asa.
2. Merasa sakit jika mengingat masa lalu
Jika belum pulih dari trauma, seseorang mungkin akan kesulitan untuk mengingat kembali peristiwa-peristiwa masa lalu atau pemicu yang mengingatkan orang tersebut pada peristiwa traumatis.
3. Menilai buruk diri sendiri
Walaupun setiap peristiwa traumatis dan pengalaman bisa berbeda satu sama lain, trauma membuat kita merasa tidak memiliki harga diri.
4. Melihat perubahan sebagai sesuatu yang menakutkan
Perubahan menakutkan bagi sebagian besar dari kita. Namun, bagi individu yang berjuang dengan sejarah trauma, perubahan bisa menjadi 10 kali lebih sulit. Trauma dapat memengaruhi kemampuan Anda untuk percaya kepada orang lain dan mengalami kehidupan dengan cara yang positif.
Tips Mengatasi Trauma
1. Jangan mengasingkan diri
Ketika menghadapi trauma, kebanyakan orang mungkin merasa seolah-olah tidak ada yang memahami dirinya. Pada akhirnya, orang tersebut akan menjauh dari orang yang ada di sekitarnya. Namun, penting untuk tetap terhubung dengan orang-orang yang peduli.. Mengisolasi diri dapat memperburuk gejala Anda.
2. Cari bantuan profesional
Mengatasi pengalaman traumatis sendirian bisa menjadi tugas yang menantang, bahkan jika orang tersebut didukun penuh oleh teman-teman dan keluarga. Sebaiknya, mencari bantuan dari seorang profesional kesehatan mental adalah pilihan terbaik untuk membantu proses penyembuhan yang relatif aman dan lebih mudah.
3. Meditasi
Menghadapi pikiran sendiri bisa menjadi sesuatu yang sulit, tetapi meditasi dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk menyembuhkan luka mental dari dalam. Oleh karena itu, jika pikiran terasa sangat membebani, cobalah melakukan meditasi yang dipandu oleh seorang ahli. Selain itu, diskusikan dengan terapis cara yang tepat untuk melaksanakan meditasi yang sesuai dengan keadaan.
Pilihan Editor: Memupus Trauma Korban Kekerasan Lewat Ekspresi Tulisan