Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Hati-hati, Orang Tua Bisa Sebabkan Psikologis Anak Terganggu

Masalah mental atau kejiwaan anak tidak hanya ditimbulkan dari diri sendiri, namun juga orang sekitar, termasuk orang tua.

9 Oktober 2019 | 15.28 WIB

Mom, Anak Juga Bisa Stres
Perbesar
Mom, Anak Juga Bisa Stres

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tahukah Anda bahwa orang tua bisa mempengaruhi psikologis anak? Masalah mental atau kejiwaan tidak hanya ditimbulkan dari diri sendiri, namun juga orang sekitar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Orang tua sebagai individu yang terdekat dari anak bisa membuat dia merasa tertekan dan stres,” kata spesialis kesehatan jiwa Heriani dalam acara Prevent Suicide by Loving Yourself di Jakarta pada 9 Oktober 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Heriani menjelaskan hal tersebut secara utama disebabkan oleh perilaku orang tua kepada anak. Contohnya, saat anak sudah melakukan yang terbaik namun tidak mendapat apresiasi. Akibatnya, orang tua yang tidak cukup puas itu akan memberi tekanan pada anak.

“Anak mendapat nilai 8 akan sangat stres untuk memenuhi kebutuhan orang tua yang minta nilai 10. Ini sangat mempengaruhi jiwanya,” katanya.

Anak-anak bisa merasa orang tuanya tidak pernah puas sehingga bagi mereka yang tidak bisa mengontrol diri, menyakiti diri sendiri pun bisa dilakukan. Heriani pun menyarankan untuk selalu memberi penghargaan atas setiap usaha anak.

Ilustrasi anak depresi/murung. Shutterstock.com

“Kita tidak tahu batin anak. Ada beberapa pasien saya yang menyakiti diri pakai kater karena merasa dia tidak pernah cukup di mata orang tua. Jadi penting untuk selalu mengapresiasi apa yang dilakukan anak,” katanya.

Heriani juga mengatakan bahwa orang tua sering menyuruh anak-anak berdiam dalam menanggapi suatu hal. Misalnya, saat menang suatu perlombaan, mereka harus bersikap tenang. Padahal, luapan rasa kebahagiaan tidak bisa dibatasi.

“Marah dan bahagia itu ekspresi tanpa batas. Kita tidak bisa meminta anak memendamnya. Kalau bahagia mau heboh ya tidak apa-apa,” katanya.

Apabila anak tidak diberi kebebasan berekspresi, ia pun akan menjadi pribadi yang menyimpan rasa. Akibatnya, anak-anak merasa tertekan dan pendiam.

“Dia jadi takut melakukan apapun karena dianggap salah. Sebaiknya orang tua memberi kebebasan agar mereka menjadi pribadi yang bisa beradaptasi dengan baik,” katanya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus