Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Klaim bahaya vape atau rokok elektrik buat kesehatan terus berlanjut. Sebuah penelitian oleh New York University College of Dentistry menyatakan vape telah mengubah ekosistem bakteri di dalam mulut (mikrobioma oral) yang berdampak pada peningkatan risiko infeksi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Medical News Today, penelitian yang diterbitkan di jurnal iScience itu menilai efek dari zat pada vape pada bagian pertama tubuh yang dicapai, yaitu mulut. Selain sebagai jalan udara untuk masuk paru-paru, mulut juga merupakan gerbang bagi mikroba.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Memiliki mikroba di dalam mulut tidak berarti hal buruk. Ada triliunan bakteri yang hidup di tubuh manusia, seperti pada usus, kulit, mulut, di mana mereka membantu kinerja tubuh dengan melawan infeksi atau mencerna makanan.
Dalam studinya ini, para peneliti mengevaluasi efek penggunaan vape pada ekosistem bakteri di mulut. Perubahan ekosistem mikroba ini dapat berpotensi meningkatkan risiko terkena penyakit yang berkaitan dengan mulut.
Xin Li, penulis senior penelitian, mengungkapkan mereka membandingkan mikrobioma oral dari tiga kelompok orang, yakni pengguna rokok elektrik atau vape, perokok konvensional, dan bukan perokok.
Para ilmuwan memprofilkan mikroba yang ada dalam air liur 119 orang dari ketika kelompok yang diuji menggunakan jenis sekuensing genetik khusus. Hasilnya, mereka menemukan perubahan signifikan pada mikrobioma oral pengguna rokok elektrik.
Dibandingkan dengan perokok dan bukan perokok, pengisap vape memiliki jumlah bakteri bernama Porphyromonas dan Veillonella yang lebih tinggi. Bakteri ini dilaporkan memiliki hubungan dengan penyakit gusi dan refleksi dari kesehatan periodontal yang terganggu.
Mereka juga menemukan tingkat dua penanda inflamasi yang lebih tinggi dalam kelompok perokok elektronik, hal ini menunjukan penggunaan vape berpengaruh terhadap sistem kekebalan lokal mulut.
Deepak Saxena, yang juga penulis penelitian, menjelaskan mereka menemukan lebih banyak sel yang terinfeksi bakteri ketika terpapar zat aerosol yang ada pada vape. Sel-sel tersebut pada akhirnya cenderung menjadi radang.
“Studi kami menunjukkan bahwa uap rokok elektrik menyebabkan perubahan dalam lingkungan mulut dan sangat mempengaruhi kolonisasi biofilm mikroba kompleks. Ini meningkatkan risiko peradangan dan infeksi mulut,” katanya.
Dengan hasil ini, penulis penelitian mengungkapkan diperlukan studi lebih lanjut untuk memahami bagaimana aerosol dari vape berinterakti dengan bakteri tertentu dalam mulut sehingga berimplikasi terhadap kesehatan mulut, bahkan pernapasan hingga jantung, sebagaimana hasil temuan penelitian-penelitian sebelumnya.