Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Banyak Tidur Pangkas Bobot
PENELITI di Kaiser Permanente, Portland, Amerika Serikat, menemukan kurang tidur menghambat upaya menurunkan berat badan. Minimnya waktu tidur juga menggagalkan program mengurangi bobot lewat olahraga dan diet. ”Orang yang tidur antara enam dan delapan jam paling sukses mengurangi berat badan,” kata peneliti Kaiser, Charles Elder, kepada USA Today, Senin pekan lalu.
Selama 26 minggu, para peneliti mengamati 472 penderita obesitas. Setiap responden diminta mengurangi 500 kalori per hari serta menambah konsumsi buah, sayuran, dan gandum. Mereka juga harus berolahraga sedikitnya tiga jam dalam sepekan. Hasilnya, peneliti menemukan, responden yang tidur antara enam dan delapan jam berhasil menurunkan berat sekitar 6 kilogram dalam 26 minggu itu.
Tontonan Seram Perparah Kanker
PENDERITA kanker disarankan tak menonton tayangan seram dan menguras emosi. ”Tontonan seperti itu bisa memperbesar sel kanker,” kata Ketua Bidang Pendidikan dan Penyuluhan Yayasan Kanker Indonesia Sumarjati Arjoso, Selasa pekan lalu.
Sumarjati menjelaskan tayangan yang menakutkan dan mengguncang emosi bisa memicu stres, yang akhirnya mengarah pada kekacauan hormon. Gangguan hormon tersebut berisiko mendorong pembesaran sel kanker. Kondisi penderita kanker, kata dia, bisa semakin buruk jika sering berada di situasi kurang menyenangkan. ”Sebaiknya penderita kanker selalu dalam suasana gembira,” kata konsultan komunikasi Yayasan Kanker, Enny Hardjanto. ”Jadi nonton yang lucu-lucu saja.”
Menurut Enny, yang sembuh dari kanker, emosi pengidap kanker harus dijaga, terutama saat menjalani kemoterapi. ”Kemoterapi sangat berat buat mereka, jadi jangan sampai mereka stres selama pengobatan.”
Makan Bersama Redakan Asma
MAKAN bersama bisa menekan serangan asma pada anak. Ahli penyakit paru Universitas Indonesia, Faisal Yunus, mengatakan, lewat makan bersama, orang tua bisa mempelajari makanan yang bisa memicu asma anaknya. ”Makanan yang mengandung penyedap cenderung memicu asma,” kata Faisal.
Ketua Dewan Asma Indonesia ini juga merujuk pada hasil penelitian Universitas Illinois, Rochester Medical Center, dan Upstate Medical Center di Amerika Serikat. Studi yang dimuat dalam jurnal Child Development edisi Februari lalu itu menemukan perbincangan ringan saat makan memperbaiki kerja paru dan meredakan gejala asma.
Kesimpulan tersebut diambil setelah mengamati 200 keluarga dengan anak usia 5-12 tahun yang menderita asma persisten—tipe asma yang lebih sensitif dan rentan kambuh. Peneliti mempelajari perilaku anak selama makan lewat kamera video tersembunyi.
Nasya Vaisaradya, 23 tahun, ingat, saat kecil, asmanya jarang kambuh jika ia sedang berkumpul bersama keluarga. ”Kami sering makan malam bersama, tapi saya baru mengerti itu bisa mencegah serangan asma,” kata desainer multimedia ini.
Faisal menjelaskan makan bersama berpengaruh positif terhadap kondisi psikis dan emosi anak. Jika emosi anak baik, kata dia, anak lebih kuat menangkal faktor-faktor pemicu kambuhnya asma.
Menurut dia, penelitian lain menyatakan anak pada keluarga yang tidak harmonis lebih rentan terserang asma. Faisal berpendapat temuan terbukti benar karena dikuatkan oleh studi soal makan bersama oleh Universitas Illinois.
Menganggur Bikin Mati Muda
HATI-HATI jika lama menjadi penganggur. Pakar kesehatan Fakultas Kedokteran Pekerjaan dan Lingkungan Royal Australasian College of Physicians menemukan, menganggur bisa berbahaya bagi kesehatan. ”Menganggur lebih berbahaya daripada bekerja di lingkungan yang tidak sehat,” kata dokter kesehatan kerja Royal Australasian College, Mary Wyatt, Rabu dua pekan lalu.
Dalam studinya, Wyatt menemukan mereka yang tak bekerja sampai enam bulan akan mengalami depresi dan banyak terkena penyakit jantung. Orang yang menganggur dalam jangka waktu lama cenderung meninggal dalam usia muda.
Menurut Wyatt, tak adanya rutinitas mendorong orang berperilaku hidup tak sehat. Berhenti bekerja juga menghilangkan rutinitas lain, seperti olahraga dan interaksi sosial, yang baik bagi kesehatan psikologi. ”Selama ini banyak yang percaya terlalu banyak bekerja tak baik bagi tubuh,” kata Wyatt. ”Kami menemukan bekerja justru penting buat kesehatan.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo